37 [Rela]

1.1K 100 6
                                    

Happy Reading Yorobeun 🙌🙌🙌



   

 

 

 






 







 


"Makan lagi, ne..." Ucap Seokjin seraya menyodorkan sesendok bubur pada Jungkook. Jungkook menggeleng, dia merasa sudah terlalu kenyang. Padahal dirinya baru memakan tiga suap bubur saja.

"Perutmu masih kosong, dik. Sebaiknya makanlah agak banyak  agar kau memiliki sedikit tenaga." Pinta Seokjin. Jungkook masih menggeleng, meski tubuhnya terasa lemas namun ia tak ingin makan lagi.

"Aniyo... Pahit..." Jujur sekali. Jika saja bubur yang ia makan bukan bubur rumah sakit melainkan buatan Namjoon, Jungkook pasti sudah menelannya dengan terpaksa. Seokjin hanya mampu menghela nafas dan menegukkan air putih ke mulut Jungkook.

Bicara soal bubur, Jungkook tiba-tiba teringat dengan sosok ayahnya. Setiap pagi, siang, dan malam saat ia sakit, Namjoon selalu membuatkannya bubur beras. Ia juga selalu menyuapi Jungkook dengan telaten. Namjoon tak pernah memarahinya jika buburnya tak habis. Namjoon juga akan memanaskan bubur jika Jungkook belum ingin memakannya.

"Hyung..."

"Ne?"

"Ayah dimana?"

Pertanyaan Jungkook sontak membuat mulut Seokjin bungkam. Jungkook masih ingat dengan Namjoon, ia mencarinya sekarang. Bukannya Seokjin ingin memisahkan mereka berdua, namun Seokjin merasa Jungkook telah menyayangi Namjoon seperti keluarga kandungnya sendiri menjadikan hati Seokjin sedikit iri. Namjoon adalah orang asing di keluarganya. Istrinya bahkan sangat tega menyiksa adiknya dulu.

Ingin rasanya menghentikan ucapan Jungkook, namun ia sadar Namjoon telah merawat adiknya sedari kecil. Tetapi tak dapat dipungkiri jika ayah Jungkook yang sebenarnya bukanlah Namjoon, melainkan ayah Jeon yang telah meninggal bahkan karena menyelamatkan mereka berdua. Tidakkah Jungkook ingat perjuangan kedua orang tuanya dahulu? Karena itulah hati Seokjin semakin tak rela jika harus mendengar kata 'ayah' yang keluar dari mulut Jungkook yang mana tertuju pada Namjoon.

"Aku ingin bertemu dengannya... Hyung..." Ucap Jungkook sangat halus. Dia tak ingin menyakiti hati Seokjin saat ia membahas tentang Namjoon.

"Jungkook, kau masih sakit. Presdir juga tidak bisa datang kesini. Jika kau ingin melihatnya, tunggulah setelah kau sehat." Ucap Seokjin lembut. Jungkook pun mengangguk walau dalam hatinya ia ingin sekali merengkuh Namjoon. Ia tak tega melihat ayahnya harus mendekam di penjara. Ayahnya pasti sangat kesepian. Dia harus berpisah dengan Jungkook, dia juga harus merasakan hidup yang sengsara di balik jeruji besi.

"Kajja, minum obatnya. Setelah itu tidurlah."

"Ne, hyung."

Sementara Namjoon tengah mengikuti kegiatan rutin di rutan. Memangkas rerumputan yang memanjang di halaman belakang rutan. Mereka yang menghuni bui ini sudah tahu bagaimana kisah hidup Namjoon sehingga ia bisa sampai disini. Nampaknya teman-teman baru Namjoon begitu kasihan padanya, mereka selalu menghibur Namjoon bila Namjoon tengah melamun karena rindu pada anaknya.

"Kim Namjoon-ssi, ada seseorang yang ingin bertemu denganmu." Seru satu polisi yang berjaga pada Namjoon yang tengah mencabuti rumput sembari melamun. Namjoon pun mengangguk, ia beranjak lesu mengikuti langkah polisi yang memanggilnya.

Dari balik kaca berlubang, Tan duduk manis menunggu seseorang yang sangat ia rindukan. Namjoon pun datang, Tan tiba-tiba terenyuh melihat Namjoon yang kini berubah penampilan. Sahabatnya yang dulu sangat bersih, putih, wangi, memakai pakaian branded yang glamour, dan memiliki wibawa tinggi kini hanyalah sosok namja yang tak terawat, tubuhnya layu, kulitnya menghitam, wajahnya kusut, matanya membengkak, dan rambutnya yang berantakan. Sungguh Tan bahkan hampir tak mengenalinya.

Gwenchana, Hyungnim Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang