03 [Adaptasi]

1.5K 169 4
                                    

Malam pertama Jungkook di panti, ia tak henti menangis. Mata bulatnya sampai membengkak besar dan memerah. Ia mengharapkan Seokjin ada disini dan menemaninya tidur, seperti malam-malam biasanya. Namun kakaknya itu hanya mampu menemaninya tadi sore dan pergi ke kamarnya sendiri.

Peraturan panti sangat ketat. Siapapun yang bukan penghuni kamar tak diperbolehkan masuk walau ada saudaranya. Tadi siang Seokjin mendesak pengasuh panti agar menemani adiknya sebentar. Bibi Kim akhirnya luluh karena merasa iba dengan Seokjin dan Jungkook yang baru pertama kali masuk kesini.

Namun untuk malam ini dan hari-hari selanjutnya, mereka tak boleh bersama. Ada aturan yang mengharuskan mereka tetap hidup mandiri meski sangat sulit untuk waktu pertama. Pengasuh tidak segan memberikan hukuman pada siapapun apabila terpergok tengah berada di kamar anak lain.

"Hlung... Hiks..." Jungkook terus menangis diatas kasurnya. Ia ditemani pengasuh Lee yang merupakan pengasuh anak balita di kamar ini.

"Hyungmu baik-baik saja disana. Kau tak perlu khawatir." Wanita tiga puluh tahunan itu memeluk Jungkook dan menepuk punggungnya agar tangisnya reda.

"Hlung... Hiks... Kook ingin hlung..." Jungkook terus menangis hingga sesenggukan keras. Pengasuh Lee kebingungan. Disamping ia harus taat pada peraturan, ia tak tega melihat anak kecil berusia tiga tahun ini terus menangis.

"Jungkook... Kau tidak perlu memanggil hyungmu... Disini banyak teman-temanmu yang akan mengajakmu bermain. Lihatlah, mereka tengah menunggumu untuk bermain bersama." Mata Jungkook mengedar ke sekeliling. Sudah banyak anak kecil sebesar dirinya yang tengah menghentikan permainan legonya lantaran melihat tangisan Jungkook. Jungkook menjadi malu, ternyata sedari tadi ia diperhatikan oleh seisi kamar. Akhirnya Jungkook terpaksa menghentikan suara nyalangnya.

"Taehyung-ah, Jimin-ah, ajaklah teman barumu ini... Dia Jeon Jungkook." Taehyung dan Jimin mendekat dengan membawa rangkaian lego yang belum tersusun rapi.

"Kim Taehyung..." Taehyung menjulurkan tangannya pertanda ingin berkenalan.

"Park Jimin..." Jimin pun ikut menjulurkan tangannya.

Jungkook memandangi kedua anak kecil itu dengan bergantian. Hidungnya yang memerah sangat menggemaskan mendadak kembang kempis. Terlihat sangat takut dan malu-malu.

"Jeon Jungkook..." Ucapnya lirih. Pengasuh Lee membantu menjulurkan tangan Jungkook kepada Taehyung dan Jimin. Mereka pun saling berpelukan.

******

"HLUUUNG... HIKS... KOOK INGIN HLUUUNG..." Jungkook menjerit diiringi isakan tangis. Malam yang semula hening mendadak ricuh kala seorang anak kecil meronta memanggil-manggil kakaknya.

"Aish... Ciapa dia?" Tanya anak kecil yang lain yang terbangun karena terusik.

Jungkook terus saja menangis diatas ranjangnya. Wajahnya sungguh merah akibat tak hentinya ia berteriak.

"Hlung... Hiks... Hlung..." Tak ada yang mau menenangkan Jungkook. Yang ada, teman sekamarnya hanya mengumpat karena suara Jungkook terlalu bising.

Bunyi kaki terseok menghampiri Jungkook. Ia dengan piyama kebesaran dan memeluk kepala boneka anjing duduk di ranjang dekat tubuh Jungkook yang tubuhnya bergetar. Dengan tangannya yang lembut, perlahan ia usapkan ke kepala dan punggung teman barunya, sementara tangan kirinya memeluk kepala anjing berwarna kuning putih itu dipangkuan.

"Jungkook jangan menangis... Kalau kau terus menangis, nanti Tuhan marah..." Bocah berpipi gembul itu menenangkan Jungkook dengan lembut. Perhalan tangisan Jungkook mulai reda digantikan oleh sesenggukan kecil.

Gwenchana, Hyungnim Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang