"Ibu..."
Suara lirih nan serak terdengar dari samping Namjoon. Lelaki berkepala tiga itu terbangun dan mendongak, tatapannya segera tertuju pada sosok anak kecil yang terlihat bingung.
Jungkook mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan. Otaknya tidak dapat mencerna dimana dirinya sekarang. Dari pandangan matanya yang memburam, ia melihat sosok lelaki yang baru saja bangun dari tidur dalam posisi yang tidak nyaman. Lelaki itu terduduk di samping brangkar Jungkook dan kepalanya terkulai diatas paha anaknya.
"Nak, kau sudah bangun? Apakah masih sakit?" tanya namjoon bertubi-tubi. Senyuman ia sempatkan tercipta dari bilah bibirnya, menyembunyikan mata bengkaknya akibat menangis.
"A-ayah?" Tanya Jungkook ragu. Ia tak yakin apakah yang ia lihat benar-benar Namjoon ayahnya? Penglihatannya buruk, dan hanya suara yang ia tangkap.
"Ne, ini ayah, nak." Jawab Namjoon seraya menggenggam tangan Jungkook.
Jungkook mengerjapkan mata berkali-kali. Dia ingin memfokuskan penglihatannya yang memburam, tetapi beberapa kali ia coba, objek yang ia tuju tak kunjung jernih. Wajah ayahnya terlihat samar-samar.
"Kau- benar ayahku?" Tanya Jungkook lagi untuk memastikan. Namjoon menjadi heran, ia bingung dengan pertanyaan Jungkook.
"J-jungkook, kau tidak bisa melihat ayah?" Tanya Namjoon sedikit gemetar. Perasaannya takut, apakah kerusakan mata kirinya juga berpengaruh bagi penglihatan mata kanan Jungkook?
Jungkook lantas merasakan ada sesuatu yang aneh. Disamping mata kanannya tak bisa fokus, mata kirinya ternyata tak bisa membuka. Ada sesuatu yang menutupinya hingga ia sulit melihat. Pandangannya juga gelap.
Tangannya segera meraba mata kirinya, ada perban yang tertempel disana. Membuat Jungkook ketakutan dan menangis.
"Ayah, mataku kenapa? Ayah, semuanya buram... Hiks... Ayah... Aku kenapa? Hiks..." Jungkook yang menyadari ada yang aneh dengan matanya pun menangis. Dia takut dengan penglihatannya yang memburam dan dia juga merasa mata kirinya bermasalah.
Namjoon dengan segera menekan tombol darurat di bawah brankar, ia lalu menenangkan Jungkook agar tangisnya mereda hingga para perawat dan dokter masuk memeriksa.
****
Namjoon hanya terduduk lemas di sofa kamar inap Jungkook. Setelah dokter memeriksanya, ternyata mata kanan milik Jungkook mengalami masalah akibat syaraf yang terhubung dengan mata kirinya berdampak bagi penglihatannya. Dokter menyarankan untuk memberikannya sebuah kaca mata untuk membantu penglihatan Jungkook.
Namjoon menatap Jungkook yang sudah tertidur pulas karena dokter memberinya obat penenang. Jungkook menangis keras dan memberontak hebat hingga dokter harus memberinya obat tidur. Sempat tak menyangka anaknya akan seperti ini, Namjoon menggeleng terus menerus menepis kejadian ini.
Perlahan kaki Namjoon beranjak, mendekat ke tubuh sang anak. Di elusnya pelan surai Jungkook yang menutupi keningnya, disibak kebelakang hingga terlihat dahinya yang berkerut. Terakhir kali Jungkook sadar adalah saat ia menangis kencang, pasti kerutan di keningnya adalah bentuk tangisan yang ia tahan dalam tidurnya.
Namjoon mengelap bekas air mata anaknya, menghilangkan jejak aliran di pipi Jungkook. Hatinya kembali sakit melihat anaknya harus menanggung musibah ini akibat ulah istrinya. Namjoon kembali menyalahkan dirinya sendiri akan kejadian ini. Ia lalai, ia gagal.
Ceklek
Pintu terbuka, Namjoon segera mengalihkan atensinya pada daun pintu dibelakangnya. Sudah ada dokter Tan yang masuk menghampirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gwenchana, Hyungnim
Fiksi PenggemarJeon Seokjin dan Jeon Jungkook harus berpisah dengan kedua orang tuanya dalam insiden kebakaran rumah. Kejadian tragis yang menimpa keluarganya membuat dirinya harus hidup dalam sebuah panti asuhan. Alih-alih ingin selalu bersama dengan Jungkook, Se...