01 [Awal Kepergian]

2.7K 192 2
                                    

Malam datang, menampakkan langit yang gelap dipenuhi tebaran galaksi. Bulan dan bintang menyebar indah tanpa rajutan benang. Berdiri tegak tanpa penyangga memanjakan netra yang masih terjaga.

"Jungkook-ah, kau lihat bintang yang paling besar itu?" Tanya seorang anak sembari tangannya terjulur keatas.

"Kook melihatnya, " Jungkook kejingkrakan ikut menunjuk salah satu bintang disisi rembulan.

Anak yang paling tua mengangguk dan tersenyum. Dia beralih menatap wajah adiknya yang masih tersungging menatap bintang.

"Apa kau tahu, bintang juga memiliki nama."  Kata sang kakak.

"Bintang memiliki nama?" Tanya sang adik heran. Ia menurunkan tangannya dan menatap kakaknya penuh tanya, "Ciapa nama bintang itu, hlung?" Tanya Jungkook dengan logat cadelnya seraya tangannya menunjuk sekilas bintang yang tadi ia lihat.

"Namanya bintang kejora." Jawab Seokjin mengacungkan telunjuknya keudara. Mata bundar Jungkook membulat, berbinar dan mengulangi perkataan kakaknya.

"Bintang kejola? Namanya cangat indah. Kook cuka..." Ucap Jungkook sembari melompat-lompat ditempat. Kakinya yang menapak pada pantat kursi menyentak-nyentaknya hingga terdengar bunyi kayu beradu.

"Jungkook-ah, apa kau mau bernyanyi bersama hyungnim?" Tawar Seokjin yang langsung diangguki kepala oleh bocah di sampingnya.

"Ku pandang langit penuh bintang bertaburan...
Berkelap-kelip seumpama intan berlian...
Nampak sebuah lebih terang cahayanya...
Itulah bintangku, bintang kejora, yang indah selalu..."

Seokjin bernyanyi dengan riang diikuti sang adik yang masih kesulitan. Suara khas anak-anak milik mereka bercampur, bahkan sangat berantakan tatkala Jungkook yang masih berusia tiga tahun ikut bernyanyi asal.

"Sepertinya sudah larut malam. Sebentar lagi ayah dan ibu akan pulang. Kita harus tertidur sebelum mereka datang." Seokjin yang berusia sepuluh tahun lebih tua dari Jungkook mengangkat tubuh adiknya dan menurunkannya dari kursi. Dia menutup kaca jendela dan merapatkan tirai krem yang menjutai.

Sang adik berjalan kearah kasur dengan menggoyang-goyangkan bokongnya refleks. Seokjin menggendongnya lagi untuk merebahkan Jungkook di kasur. Lantas ia turun kembali untuk memadamkan lampu dan menyisakan lampu nakas.

~~~

Cekleek...

Seseorang dengan setelan jas kantor dan menenteng tas kotak hitam membuka kenop pintu cukup pelan. Menyembulkan kepalanya kedalam dan mengedarkan pandangannya ke kedua putranya yang sudah terlelap.

Seorang yeoja menyusul dan ikut melihat keadaan kamar anaknya.

"Rupanya mereka sudah tertidur." Ucap sang istri diangguki kepala oleh suaminya.

Mereka masuk. Saling mengecupi kedua kening putranya bergantian lalu mengelus kepala Seokjin dan Jungkook. Tangannya menutup selimut yang melorot sebelum ia melenggang keluar.

"Sayang, haruskah kita mengurangi schedule dan mengatur waktu liburan bersama anak-anak?" Tawar sang istri setelah ia menutup pintu dan duduk di sofa ruang tengah.

"Aku pikir juga begitu. Kita terlalu sibuk akhir-akhir ini hingga Seokjin dan Jungkook tidak pernah memiliki waktu bersama kita." Balas sang suami yang berusia lebih tua lima tahun darinya.

Mereka berlalu ke kamar setelah mengistirahatkan sejenak lelahnya di sofa. Memanfaatkan waktu malam untuk tidur dan menunggu waktu pagi tiba.

~~~

Malam semakin malam. Siulan binatang malam semakin kencang. Angin semakin berkumpul, bersekongkol memberikan hawa dingin di kulit siapapun yang masih terjaga.

Gwenchana, Hyungnim Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang