21 [Tak Ingin Berharap Lebih]

997 123 17
                                    

Hari ini sungguh melelahkan sekaligus menyenangkan bagi Seokjin. Dia bisa menghabiskan waktu setengah hari untuk menemani Jungkook. Ia bersyukur, anak bosnya sangat baik padanya. Walau terkesan dingin, namun Jungkook sebenarnya memiliki hati yang hangat.

Seokjin kini tengah pulang menaiki sepeda barunya. Tak sampai setengah jam karyawan baru itu tiba di rumah kontrakan sederhana yang ia tempati. Sepeda ia parkirkan di depan rumah, lalu ia masuk dengan hati yang gembira.

"Lagi?" Ucapnya setelah netranya melihat sebuah kantung plastik putih menggantung dikenop pintu. Isinya masih sama, dua potong ayam goreng.

Seokjin semakin penasaran, siapa orang yang selalu mengirimnya ayam. Bahkan sewaktu ia sudah pindah ke sini, ayam ini akan tetap ada menyambut kepulangannya.

"Yak siapa yang diam-diam meletakkan ayam di depan kontrakanku? Berhenti memberiku ayam meskipun aku selalu menghabiskannya! Aku hanya tidak ingin memiliki hutang budi pada orang lain." Ucap Seokjin lantang, berharap orang yang memberinya ayam masih ada disekitar sini dan mendengar ocehannya.

Ternyata dugaan Seokjin benar. Orang itu tengah mengintip dari balik pohon besar dan tengah mengintai dirinya.

"Seokjin-ah, makanlah. Aku akan selalu menjagamu dari kejauhan." Ucapnya dan berbalik pergi.

Tanpa ia sadari, Seokjin yang masih berdiri di ambang pintu melihat orang itu. Lelaki dengan jaket hitam berhoodie itu berjalan cukup pelan. Seokjin tentu mencurigainya.

"Yak berhenti!" Seru Seokjin. Lelaki itu pun menghentikan langkahnya.

"Siapa kau?" Tanya Seokjin. Orang itu masih belum berbalik.

"Apa kau yang selalu memberiku ayam?" Tanya Seokjin lagi. Laki-laki itu belum juga berbalik. Membuat Seokjin penasaran lalu ia menghampirinya.

"Neo?! Tunjukkan dirimu!" Seokjin membalik secara paksa orang itu saat ia sudah berada dibelakangnya. Alangkah terkejutnya Seokjin, ternyata orang yang selama ini memberinya ayam goreng adalah orang yang sangat ia kenal.

"Y-yoongi?"

~~~

"Yak kenapa kau melakukan itu? Memangnya aku terlihat sangat kasihan sampai kau harus mengirimku ayam sepanjang sore?" Tanya Seokjin yang kini sudah duduk berhadapan dengan Yoongi di ruang tamu.

"Hehe... Aku inisiatif saja. Kau biasanya tidak akan menerima apapun dari orang lain. Jadi aku memutuskan untuk memberimu ayam itu agar kau tetap mau memakannya."

"Dasar anak kucing!" Seokjin sedikit mendorong tubuh sahabatnya itu yang telah lama tak berjumpa.

"Ngomong-ngomong, kenapa kau di Seoul? Bukannya kau tinggal di Gangwon?"

"Aku sudah pindah. Aku ikut bersama bosku, menjadi fotografer model majalahnya." Ucap Yoongi lagi seraya mencomot satu kue kering.

"Ohh begitu ya. Selamat ya, kau sudah sukses sekarang." Ucap Seokjin seraya menepuk pundak Yoongi.

"Biasa saja. Kalau kau bagaimana? Kerja di perusahaan memangnya menyenangkan?"

"Sangat menyenangkan. Bahkan ada seseorang yang membuatku nyaman disana." Ucap Seokjin seraya tersenyum.

"Ciee... Baru saja pindah, sudah punya incaran nih?" Ledek Yoongi.

"Hey jangan berpikiran macam-macam. Bukan soal yeoja, tapi seseorang yang sangat mirip dengan adikku." Seokjin memelankan kata terakhir yang ia ucapkan. Yoongi sontak terperanga tak percaya.

"Jungkook?" Tanya Yoongi yang terkejut dan Seokjin hanya mengangguk.

"Astaga. Siapa dia, Jin?"

Gwenchana, Hyungnim Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang