Seorang guru dengan memakai sepatu hak tinggi masuk ke ruang kelas. Setiap derap langkahnya ditatap seksama oleh para siswa. Guru anggun itu lantas memulai menjelaskan materi yang harus diselesaikan.
Dua jam pelajaran, sebentar lagi bel istirahat berdering. Guru wanita itu memberikan beberapa tugas kepada para siswanya. Tugas yang harus dikerjakan secara berkelompok dengan jumlah anggota antara tiga hingga empat orang.
"Silahkan kalian pilih anggota kelompok masing-masing." Ucap guru itu. Semua siswa berhamburan kesana-kemari untuk mencari anggota. Hingga ruang kelas menjadi ribut karena ada beberapa siswa yang harus berpisah dengan teman akrabnya karena dibatasi jumlah anggota.
Berbeda dengan siswa yang lain, Jungkook dan Jimin tak berniat mencari anggota. Untuk Jungkook sudah pasti tidak akan bergabung dengan siswa yang lain. Dia akan selalu mengerjakan sendiri meskipun berbentuk kerja kelompok.
Tetapi untuk Jimin, sebenarnya Jimin ingin mencari satu anggota lagi. Namun saat dia menatap Jungkook yang nampak acuh, dia menjadi urung. Takut Jungkook tidak nyaman bila ia membawa satu teman.
"Jungkook-ah, kau benar tidak ingin mencari satu anggota lagi?" Tanya Jimin mengonfirmasi.
Jungkook hanya diam. Dia malah membuka buku paketnya dan mulai memahami tugas kelompoknya.
Jimin menghela nafas, ia sudah paham bagaimana Jungkook bersikap dengan teman sekelasnya, dan bagaimana teman-temannya juga menyikapi sikap Jungkook, "Baiklah, hanya ada kau dan aku. Oke, kapan kita akan mengerjakannya?"
"Terserahmu saja." Jawab Jungkook acuh. Jimin tetap tidak ingin menyerah. Dia sudah sangat menyayangi Jungkook. Dia juga nyaman dengannya meskipun Jungkook tetap tertutup.
"Bagaimana kalau di rumahmu? Aku ingin tahu dimana rumahmu."
"Baiklah."
Jimin tersenyum senang. Jungkook mengizinkannya main ke rumahnya meski dengan cara bekerja kelompok.
"Oh iya, kalau kita kerjakan nanti sepulang sekolah, bagaimana?" Jimin bertanya antusias. Jungkook hanya berdehem dan mengangguk.
*******
Sepulang sekolah, seperti janji mereka, Jimin akan berkunjung ke rumah Jungkook. Jimin sudah mengatakan pada supir pribadinya untuk tidak menjemput karena dia akan ikut pulang bersama Jungkook.
"Anyeonghaseyo, bibi..." Jimin berjalan memasuki rumah Jungkook. Tak sengaja ada bibi Ahn yang melintas. Ia pun menyapa bibi Ahn dengan ramah, tak lupa dibalas oleh bibi Ahn dengan anggukan.
Sesampainya di lantai dua, Irene muncul dari kamar. Jimin segera menyapanya dengan sopan serta memberikan bungkukan tanda hormat.
"Anyeonghaseyo, tante... Aku temannya Jungkook." Ucap Jimin berkenalan dengan Irene. Irene hanya tersenyum kecil, dia lalu meninggalkan Jungkook dan Jimin ke lantai bawah.
Sementara Jungkook, dia tiba-tiba mematung. Ada rasa takut ketika dirinya bertemu dengan ibunya.
~~~
Kini Jungkook dan Jimin sudah didalam kamar Jungkook. Mereka tengah mengerjakan tugas bersama, bertukar pikir bersama, dan tak lupa Jimin selalu menyelingi dengan bercerita. Jungkook hanya mendengarkan ocehan Jimin meski Jungkook tidak begitu suka.
Jimin ternyata sangat pintar. Jungkook sampai tidak menyangka temannya itu menguasai bahasa inggris. Bahkan pengucapannya lebih fasih dibanding Jungkook.
"Kau yang mengetik, mataku pegal." Seru Jungkook pada Jimin dengan nada ketus. Jimin pun menurut. Dia mulai mengetik hasil diskusi mereka berdua di laptop Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gwenchana, Hyungnim
FanfictionJeon Seokjin dan Jeon Jungkook harus berpisah dengan kedua orang tuanya dalam insiden kebakaran rumah. Kejadian tragis yang menimpa keluarganya membuat dirinya harus hidup dalam sebuah panti asuhan. Alih-alih ingin selalu bersama dengan Jungkook, Se...