Setelah kejadian mengerikan yang dialami Irene, wanita cantik itu hanya duduk diam di kamar. Mengurung diri dan tidak berniat untuk keluar meski hanya mengambil makan. Bibi Ahn setiap hari menyiapkan makanan di kamar majikannya itu dengan telaten. Meski Irene sering kali mengamuk dan membuang makanan yang bibi Ahn berikan, ia selalu setia menggantinya dengan yang baru dan berharap Irene akan memakannya untuk mengganjal perutnya.
Selama Irene mengalami syok berat, Namjoon tidak pernah berangkat ke kantor. Tugasnya seluruhnya ia serahkan pada sekretaris Cha. Namjoon fokus menenangkan istrinya bila saja depresinya kambuh dan dia mengamuk. Irene juga tak jarang melukai dirinya sendiri, bahkan jika ia melihat Jungkook ia akan melukainya juga.
Oleh karena itu, selama sebulan ini Namjoon rutin mendatangkan psikiater untuk menangani istrinya. Setiap hari psikiater itu berusaha mengembalikan sosok Irene yang dulu lagi, meski sangat sulit. Irene masih terus merasa bersedih dan marah secara bersamaan. Dia sedih karena anaknya hilang, dia juga marah kepada Jungkook yang ia yakini menjadi penyebab hilangnya bayi dalam kandungannya.
"Bagaimana, dokter? Apa sudah ada perkembangan dari istri saya?" Tanya Namjoon pada dokter Choi setelah pemberian konseling kepada Irene.
"Istri anda rupanya masih begitu kental mengingat kejadian itu. Dia bahkan sulit terbuka denganku meski aku sudah memberinya kenyamanan." Ucap sang psikiater itu. Namjoon mengusap wajahnya kasar, kedua bola matanya berkaca.
"Tapi jangan berputus asa, Tuan Kim. Aku akan berusaha mengembalikan kepribadiannya dan mengikis traumanya. Ini resep untuk Nyonya Kim, aku harap istri anda bisa segera membaik." Dokter Choi menepuk bahu Namjoon sebelum ia melenggang pergi disusul Namjoon yang hendak menebus resep di apotek.
Tak berlangsung lama setelah mobil dokter Choi dan mobil Namjoon pergi meninggalkan halaman rumah, Jungkook beserta pengasuhnya pulang dari sekolah. Hari-hari Jungkook selama sebulan ini pun sama, dia murung dan cenderung menjadi Jungkook yang pendiam. Tidak ada keceriaan yang dulu lagi, dia begitu takut karena ibunya berubah menjadi sosok yang mengerikan.
Ya, Irene kerap kali berteriak, Irene sering mengamuk, dan Irene sering menyerang dirinya. Saat Irene tak sengaja melihat sekelebat bayangan Jungkook menghampirinya, dia bergegas mengusirnya dan mengamuk lalu memukuli Jungkook dengan berbagai macam benda. Jungkook hanya bisa menangis kencang sebelum akhirnya Namjoon dan pengasuhnya datang.
Jungkook hanya ingin menghibur ibunya. Dia ingin dimanja seperti dulu lagi. Dia ingin memberi ibunya segelas jus atau sekedar air putih, tetapi Irene justru memberikannya penolakan yang sangat mengerikan. Membuat Jungkook takut bila ingin menjumpai ibunya lagi.
Namun sosok Jungkook tak akan menyerah. Hari ini pun dia kumpulkan keberaniannya kembali untuk menengok sang ibu tercinta. Jungkook bahkan sudah menyiapkan serangkai bunga lili kesukaan Irene.
Dengan masih mengenakan seragam sekolahnya dan menenteng tas punggung, Jungkook ditemani pengasuhnya mulai melangkah masuk ke kamar Irene. Decitan pintu kamar yang sangat pelan tak membuat Irene menoleh. Dia hanya duduk di tepi ranjang membelakangi pintu masuk.
Tap
Tap
TapJungkook berjalan pelan, dengan kakinya yang bergetar hebat karena menahan takut, Jungkook mulai mendekat. Suasana kamar Irene sungguh sepi, tidak ada gerakan yang tercipta dari sosok ibunya. Irene pun tak menyapa seperti dulu lagi setiap Jungkook datang ke kamarnya hanya untuk meminta digendong.
"Ibu..." dengan suara gemetar, Jungkook menyapa ibunya dengan lirih.
Irene masih tak bergeming. Surainya yang diurai terlihat indah dimata Jungkook. Wanginya masih sama, Jungkook bahkan ingin mendapat pelukan dari ibunya dan menikmati harumnya tubuh Irene.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gwenchana, Hyungnim
Hayran KurguJeon Seokjin dan Jeon Jungkook harus berpisah dengan kedua orang tuanya dalam insiden kebakaran rumah. Kejadian tragis yang menimpa keluarganya membuat dirinya harus hidup dalam sebuah panti asuhan. Alih-alih ingin selalu bersama dengan Jungkook, Se...