Seokjin telah pulang dari rumah sakit. Pengurus panti telah menyelesaikan masalah yang membentang diantara mereka. Sebenarnya Seokjin sudah memberitahu keluh kesahnya akan kepergian Jungkook, namun kepala panti tak menggubris. Mereka abai dengan perasaan Seokjin sebagai seorang kakak kandung Jungkook.
Sikap tersebut menjadikan Seokjin putus asa. Ia nekad mengiris nadinya sendiri karena merasa hidupnya sudah tak berarti. Akibat itu, kepala panti meminta maaf pada Seokjin, namun mereka tidak dapat mengembalikan Jungkook.
Apa boleh buat, Seokjin pasrah dengan keadaan yang menimpanya. Ia percayakan adiknya pada orang lain yang jauh lebih mampu mencukupi segala kebutuhan adiknya. Meskipun keberadaan Jungkook tak ia ketahui, sudah ditanamkan dalam hati Seokjin bahwa suatu saat nanti Jungkook akan kembali melihatnya, dan mereka akan saling hidup bersama seperti saat kemaren.
Kini Seokjin tengah menenangkan hati dan pikirannya selepas peristiwa besar itu. Lamunan membuatnya tertidur pulas di ranjang empuknya. Ditemani sebuah mobil kecil berwarna kuning yang terparkir rapi di atas nakas.
Yoongi dan Hoseok menatap kearah Seokjin. Bocah itu sudah lelap dan terlihat sangat lelah dari wajahnya yang memejam. Keningnya berkerut, meski Seokjin sudah mempercayakan pada Yoongi dan Hoseok akan perasaannya yang mulai tenang, tetap saja perkataan bocah tiga belas tahun itu mendusta. Tampak sekali Seokjin menahan gejolak hati yang tersemburat di wajah pucatnya.
"Sekarang?" Tanya remaja bernama Hoseok pada temannya yang duduk disebelahnya. Yoongi mengangguk, mereka lantas pergi keluar kamar.
~~~
"Bi, boleh ya aku meminjam sepedanya. Aku sudah berjanji pada temanku kalau hari ini aku akan mengembalikan buku catatan miliknya." Hoseok dengan membawa sebuah buku catatan melendot ke lengan bibi kebersihan seraya memohon. Bibi kebersihan itu yang tengah membersihkan halaman belakang panti kebingungan. Ingin meminjamkan sepedanya tapi bukankah itu tindakan melanggar peraturan panti?
"Ayolah bi. Temanku tidak bisa belajar jika tidak membaca buku catatannya. Boleh ya, bi. Sekali ini saja." Mata Hoseok mengerjap lucu dibawah wajah bibi kebersihan. Tangannya ia gesekkan serupa orang memohon.
Bibi itu menghela nafas dalam, mengapa ada anak panti yang seperti ini?
Seraya bibi itu berpikir, Hoseok melirik kearah tembok asrama dimana menyembul kepala anak laki-laki yang tengah mengintai. Hoseok mengisyaratkan dengan gelengan kepala dan raut wajah frustasi. Sang pengintip itu menekuk wajahnya dan langsung ditangkap oleh Hoseok.
"Huaaaaaa... Bibi jahat.... Hanya meminjam sepeda saja tidak boleh? Kakiku lemas jika harus berjalan jauh. Huaaa..." Hoseok tiba-tiba menangis, membuat bibi kebingungan. Ia pun menenangkannya dan mengangguk akan meminjamkan sepeda.
Seketika tangis Hoseok mereda, ia melirik kearah Yoongi dan dihadiahi senyuman kemenangan.
~~~~
"Huft... Sulit sekali membujuk bibi." Ucap Hoseok yang duduk dibelakang Yoongi.
"Tapi kau berhasil." Sambung Yoongi seraya mengayuh sepeda.
"Jika bukan karena Seokjin, aku tidak akan mau." Ucap Hoseok lagi. Yoongi hanya tertawa, mendengar rajukan Hoseok yang selalu saja lucu.
Sesampainya disebuah taman kota, mereka berhenti. Mereka menuntun sepeda bibi seraya menanyakan seorang anak kecil berusia tiga tahun pada pengunjung taman.
"Maaf, apa kalian pernah melihat anak kecil ini?" Yoongi menyodorkan sebuah foto anak kecil berbaju putih pada kerumunan ibu-ibu yang membawa anak-anak mereka. Mereka sempat merogoh tas milik Seokjin dan menemukan foto Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gwenchana, Hyungnim
FanficJeon Seokjin dan Jeon Jungkook harus berpisah dengan kedua orang tuanya dalam insiden kebakaran rumah. Kejadian tragis yang menimpa keluarganya membuat dirinya harus hidup dalam sebuah panti asuhan. Alih-alih ingin selalu bersama dengan Jungkook, Se...