Kegiatan pagi ini adalah kembali bernyanyi. Kelompok anak usia dini selalu membuat ramai ruang kelas milik mereka. Bertambah ramai dengan kebun binatang yang tertempel di dinding-dinding kelas. Ada jerapah, gajah, orang utan, burung merak, sampai lumba-lumba hadir menemani pagi ceria ini.
Satu persatu anak mulai maju. Menggugurkan kewajiban dari sang guru. Diurutan pertama selalu ada Park Jimin, si anak jenius. Lemah lembut belum cukup menjadi perangainya, kini ia menyandang predikat si anak jenius.
"Park Jimin, apa yang akan kau nyanyikan?" Tanya bu guru muda dengan ramah.
"Twinkle twinkle little star." Jawabnya percaya diri. Bu guru mempersilahkannya bernyanyi dibarengi dengan diamnya semua anak didiknya.
Twinkle, twinkle, little star,
How I wonder what you are!
Up above the world so high,
Like a diamond in the sky.When the blazing sun is gone,
When he nothing shines upon,
Then you show your little light,
Twinkle, twinkle, all the night.Then the traveller in the dark
Thanks you for your tiny sparks;
He could not see which way to go,
If you did not twinkle so.In the dark blue sky you keep,
And often through my curtains peep,
For you never shut your eye
'Till the sun is in the sky.As your bright and tiny spark
Lights the traveller in the dark,
Though I know not what you are,
Twinkle, twinkle, little star.Prok Prok Prok...
Semua anak memberi tepukan keras yang berhasil menyelimuti atmosfer kelas ini. Mereka kagum dengan sosok Jimin yang mampu menyanyikan lagu berbahasa inggris dengan fasih dan lancar. Jimin kembali ke tempat duduk dengan wajah bersemu.
Bu guru kembali memanggil anak didiknya satu persatu. Hingga semuanya sudah maju, tinggallah satu anak yang paling muda.
"Terakhir, Jeon Jungkook. Silahkan maju kedepan." Bu guru tersebut mempersilahkan Jungkook untuk maju. Seketika itu semua pasang mata tertuju pada anak bertubuh tambun di barisan belakang.
Jungkook terlihat sangat malu-malu. Ia berjalan dengan pelan seraya tangannya tak henti meremat gusar tangan satunya.
Dia sudah berdiri didepan menghadap ke teman-temannya. Tatapan mereka sangat tajam, seperti hendak menerkam Jungkook. Jungkook semakin takut dan malu untuk unjuk gigi, bagaimana ia bisa bernyanyi dengan diperhatikan semua mata.
"Jungkook, kau akan membawakan lagu apa?" Tanya bu guru dengan senyum ramah seperti biasa. Jungkook masih enggan membuka suara. Ia malu dan hanya menunduk.
"Jungkook-ie... Kau baik-baik saja, bukan?" Ibu guru itu bertanya lagi karena Jungkook hanya menunduk dengan keringat mengucur sejagung-jagung. Jungkook pun mengangguk kaku.
Cukup lama mereka menunggu suara anak bertahi lalat di bawah bibir itu, Ibu guru menjadi bingung, ia pun bertanya kembali. "Jungkook-ie, apa yang biasanya kau nyanyikan?"
Jungkook terlihat gugup. Hingga ibu guru tersebut terpaksa mengangkat dagu Jungkook tanpa ijin. Jungkook semakin jelas melihat wajah teman-temannya yang diam memandang dirinya. Netranya mengedar dan menemukan wajah Taehyung yang terlihat menyemangati dari sana. Tangannya mengisyaratkan agar Jungkook semangat dengan senyum kotak.
Seketika itu keberanian hinggap di hati Jungkook. Semangat untuk bernyanyi hadir bersamaan dengan senyumannya yang merekah.
"Bintang kejola." Jawab Jungkook lantang. Ia menjawab tanya bu guru cukup lama dan bu guru pun menghela nafas lega dengan jawaban itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gwenchana, Hyungnim
FanfictionJeon Seokjin dan Jeon Jungkook harus berpisah dengan kedua orang tuanya dalam insiden kebakaran rumah. Kejadian tragis yang menimpa keluarganya membuat dirinya harus hidup dalam sebuah panti asuhan. Alih-alih ingin selalu bersama dengan Jungkook, Se...