53. Terima? ✔️

130 31 0
                                    

“Hujan tak pernah mengeluh kesakitan karena terjatuh, tanah tak pernah mengaduh sakit setelah di injak, pohon tak pernah menangis ketika di tebang, dan aku harap kamu tak merasa sakit karena tertolak.” 

 

Happy reading 🎶

“Gue nggak bisa jadi apa yang lo mau, kutil kuda.”

“Kenapa? Gue udah capek pura-pura ngebenci lo hanya untuk nutupin gengsi anak ayam.”

“Karena alurnya nggak kayak gitu.”

“Kita bisa ngubah alurnya!”

“Nggak semudah itu.”

“Gue cuman mau lo jadi rumah buat gue pulang, gue cuman mau ngisi hati lo untuk yang pertama kali, gue cuman mau lo anak ayam.”

Asa berdiri menatap Athana dengan mata berkaca-kaca, “Itu kemauan lo. Kemauan gue, kita tetep jadi orang yang saling membenci, gue nggak mau jadi rumah dari orang yang mempunyai banyak rumah.”

Asa meninggalkan Athana sendiri di warbar yang bahkan A Ujang menjadi saksi di tolaknya seorang Athana Nazril Irawan oleh orang yang katanya ia membenci orang itu namun kenyataannya dia menyayangi orang itu.

Asa tidak mengerti apa yang Athana lakukan dan bicarakan, itu terjadi secara tiba-tiba. Asa belum tahu perasaan yang sebenarnya bagaimana.

Hatinya terasa sesak mengingat ucapan Athana, ia menangis dan tak bisa belajar untuk ujian besok. Kemarin, di angkot ia menangis tanpa suara, air matanya keluar begitu saja, hatinya sakit. Ia tidak mau rasa benci berubah menjadi cinta secepat ini.

Dengan bermodalkan hafalan yang tidak banyak Asa mengikuti ujian dengan tenang karena ini adalah mata pelajaran kesukaannya jadi ia tidak perlu menghafal banyak-banyak dan tentu di sekolah tadi ia sangat menghindari Athana.

Asa ingin melihat apa yang Athana lakukan setelah di tolak, apakah ia akan memperjuangkan atau, nyatanya Athana nampak acuh kepada Asa hari itu ia seperti orang biasa saja dan itu membuat Asa sedikit kesal dan hatinya terasa sakit bahkan ia menangis di toilet sendiri, melihat Athana kembali menggoda perempuan lain. Ini yang Asa tak suka dari kutil kuda itu.

Athana memang tak sungguh-sungguh dengan kemauannya untuk menjadikan Asa rumah. Asa semakin membenci Athana. Apa yang Athana pikirkan kemarin dan hari ini? Apakah Athana tidak sadar dengan yang ia ucapkan kemarin? Kenapa kesannya seperti tidak terjadi sesuatu?

“Anak ayam.” Athana memanggil Asa yang melewati dirinya.

Asa berhenti karena panggilan itu namun tidak membalikkan badan untuk melihat Athana, ia malu karena matanya pasti terlihat merah akibat menangis di toilet tadi.

Athana maju dan menempatkan tubuhnya tepat di samping Asa, “Gue mau bila—“ belum sempat Athana menyelesaikan ucapannya, Asa sudah memotong.

“Apa? Gue benci lo.”

Kalimat terkahir yang keluar dari mulut Asa untuk Athana, selama satu minggu mereka melaksanakan ujian, tak ada perdebatan di antara mereka, bahkan teman-teman Asa dan Athana di buat aneh sendiri.

Asa terlalu lemah untuk mengutarakan perasaannya, dan Athana yang terlalu tidak peduli pada Asa dan meninggalkannya begitu saja.

Setelah ujian sekolah selesai Asa menanyakan perihal hasil rontgen pada Algi. Algi saat itu mengekspresikan dengan biasa saja. Asa menunjukkan isi yang ada di map biru tersebut kepada Algi, dan Algi menjelaskan semuanya lagi. Asa memang benar menderita kepribadian ganda sejak kecil dan itu semua ada sebabnya.

GERHANA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang