41. Oma ✔️

194 27 23
                                    

“Bolehkah aku berseru pada alam, kenapa kehidupan selalu suram?”

_Gerhana Tsabita Aleasa_


Happy reading 🎶

Asa berjalan beriringan dengan Viaul. Pulang menuju rumah yang bahkan tak ingin Asa anggap sebagai rumah.

Waktu sudah berganti, burung-burung kembali ke sarang. Langit yang biru berubah menjadi jingga. Apakah ini senja? Jawabannya iya. Asa berjalan beriringan dengan Viaul di bawah langit sore, melewati rumah-rumah yang sudah mulai menutup pintu, jalanan kian ramai oleh motor dan mobil yang berlalu-lalang.

“Loh, itu bukannya Langit ya?” tanya Viaul menunjuk ke arah depan.

“Eh iya, ngapain tuh anak.” jawab Asa bingung.

Terlihat Langit sedang mengobrol dengan Venus di depan rumah Venus. Kedua lelaki itu terlihat memakai baju sepak bola. Asa dan Viaul segera menghampiri dua laki-laki itu.

“Langit!” panggil Viaul.

Langit menoleh lalu tersenyum ramah, “Eh? Hai! Darimana nih?”

Asa membalas senyuman Langit, lalu tersenyum kikuk pada Venus, “Biasa, dari rumah Zee.” jawab Asa dan Langit hanya mengangguk mengerti.

“Baru pulang futsal ya?” Venus meng-iyakan pertanyaan Viaul, “Kok nggak ngajak gue sama Zeeanka sih?” protes Viaul.

“Nggak banyakan sih, cuman anak-anak kelas gue sama kelas kalian.” jawab Venus.

“Athana berarti?” tanya Asa, dan Venus hanya mengangguk.

“Lain kali ajak gue ya! Skill gue nggak kalah bagus tauk.” Venus dan Langit hanya merespon dengan kekehan, mereka berdua tahu, jika Viaul dan Zeeanka memang pandai bermain bola.

“Ya udah kita pamit pulang ya!” pamit Asa pada kedua laki-laki itu, lalu menyeret Viaul pergi.

“Langit cakep ya Sa?” tanya Viaul dengan menaik turunkan alis.

Asa menghela nafas lelah, “Semuanya aja lo sebut cakep!!”

“Tapi ini beneran loh!”

“Hati gue lebih srek sama Venus sih .. apalagi kempot nya itu lho, uhh, gemes gue!” seru Asa geregetan.

“Perasaan kita ngegibah cowok mulu deh Sa!” omel Viaul,

“Lo duluan yang mancing-mancing jiwa lambe turah gue. Astagfirullah, dosa Totos ...,” ucap Asa tak terima.

“Ngomongin lambe turah, lo tau nggak?”

Asa menggeleng polos, lalu menyadarinya langsung jika seseorang sudah mengucapkan 'Lo tau nggak' pasti ujung-ujungnya akan menghibahkan seseorang. Dan Asa sontak memukul bahu Viaul,  “Istighfar! Katanya ndak mau ngomongin orang ki piye cah ayu?”

Viaul membelakkan mata lalu tertawa, “Astagfirullah. Emang ya jadi perempuan itu harus bisa ngejaga ucapan apalagi kalau udah jadi ibu-ibu jiwa ngegibah itu kayak udah  melekat dari ari-ari. Terus kayak yang enak aja ngomongin orang tuh, padahal dosa!”

GERHANA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang