25. Bunda Gerhana ✔️

328 28 6
                                    

"Coba ceritakan, apa masalahmu. Gue siap kok jadi tameng buat semuanya. Jadi imam dimasa depan aja gue siap."

_Athana Nazril Irawan_

Happy reading 🎶

"Kutil kuda gue malu. Liat, baju basah, kerudung basah, rok basah, sepatu basah, muka jelek banget." Sedari perjalanan menuju rumah Athana, Asa terus berbicara seperti itu.

Mereka berdua sudah sampai didepan rumah Athana, yang menjulang tinggi. Dengan warna gold dan silver sebagai pelengkap. Asa terkagum-kagum dengan rumah yang dimiliki Athana, dan dia malu jika harus berpakaian seperti ini.

"Udahlah gakpapa, lo kan emang jelek." Asa langsung memukul pelan lengan Athana yang diperban.

"Gue pengen pulang."

"Masuk aja belum, gimana sih? Anak ayam berisik." Athana menggandeng tangan Asa mengikutinya untuk pergi meninggalkan motor Athana.

Asa dan Athana sudah berdiri didepan pintu yang sangat besar, tapi rumah ini seperti tidak ada penghuninya. Kosong. Tapi terawat.

"Til ... Gue mohon. Gue malu. Baju gue. Oh my God."

"Nanti gue pinjem baju Bunda deh."

"Aduuh! Gue malu sama Bunda lo!" Cicit Asa, Athana hendak mengetuk pintu. Tapi ditahan oleh Asa.

"Bunda gue udah sembuh, Bunda gue suka orang dekil kaya lo kok. Tenang aja."

Asa menghela nafas frustasi. Ini adalah hari yang paling sial sial. Athana sudah mengetuk pintu berulang kali, dan terbuka lebar pintu itu. Menampilkan wanita cantik menggunakan daster dengan rambut pendek berwarna coklat. Asa terpaku pada wanita itu, matanya mirip sekali dengan mata Athana, wanita itu tersenyum dengan lebar. Asa kembali mengagumi wanita itu. Asa kira dia adalah kakak Athana tapi,

"Assalamualaikum, Bunda."

Itu Bunda Athana, sangat muda dan cantik.

"Waalaikumsalam, bawa siapa ini Tha?" Tanya wanita itu, dengan masih tersenyum.

Suaranya lembut, Asa seperti terhipnotis. Dan tanpa sadar matanya sudar berkaca-kaca. Athana menyenggol lengan Asa, membuat Asa sadar kembali.

"Asa tante." Asa menyalimi tangan wanita itu, lembut, dan seperti penuh kasih sayang.

Athana beruntung memiliki Bunda seperti ini.

"Gerhana kok Bun namanya," elak Athana, tapi Asa tak perduli. Wanita itu terhenyak sesaat oleh ucapan putra semata wayangnya.

"Gerhana?" Tanya wanita itu, Asa mengangguk lucu. "Mau peluk?" Tawaran Bunda Athana mengagetkan Asa dan Athana.

Asa canggung dengan situasi seperti ini, Asa ingin memeluk wanita dihadapannya. Seperti sangat nyaman dan tenang, namun bajunya tidak. Bajunya basah. Entahlah, pertama kali melihat wanita itu, hati Asa sangat tenang. Mata Bunda Athana menyejukkan. Namun seperti ada luka didalam sana.

"Bajunya basah ya? Gakpapa sini. Bunda juga belum mandi." Baik. Bunda Athana sangat baik. Tidak dapat dideskripsikan wanita itu.

Asa langsung mengahambur pada pelukan Bunda Athana, Asa mendekap erat. seperti sudah lama berpisah, dua wanita ini saling menyalurkan rindu yang terpendam. Asa tidak bisa menahan emosinya,

Gerhana kembali menguasai tubuh dan jiwa Asa. Gerhana yang lemah, Gerhana yang cengeng, Gerhana yang rapuh, Gerhana yang penakut. Itu kembali menguasai semua diri Asa. Asa tidak bisa mengontrol emosinya.

GERHANA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang