31. Ratu tanpa Raja ✔️

281 32 12
                                    

"Kebetulan saja pada saat itu aku menaruh rasa padanya, tapi itu semua hanya kebetulan bukan kebenaran. Karena rasa yang sebenarnya tak akan mengkhianati rasa yang lain."

_Gerhana Tsabita Aleasa_




Happy reading 🎶

"Lo masuk aja ke dalem, kayaknya, Abang gue ada...." Titah Asa setelah turun dari motor Langit, bahkan mengatakan kata 'abang' Asa memberi jeda sedikit.

Asa tak ingin jika Langit melihat keanehan dari dirinya ketika memasuki rumah itu, maka dari itu Asa menitah Langit masuk duluan, lagipula Asa ingin kerumah Oma sebentar,

"Lo nggak ikut? Masa gue masuk sendiri?" Tanya Langit, setelah memarkirkan motor.

"Gak papa, gue mau ke rumah ini dulu." Asa menunjuk rumah yang ada dihadapannya, dan Langit hanya mengangguk. "Gue duluan masuk ya," Ucap Asa dan setelah itu Asa menghilang dibelakang pagar yang menjulang tinggi. Sedangkan Langit menghela nafas lalu memasuki rumah Asa.

Asa mengintip Langit dari celah-celah pagar rumah Oma, ternyata Langit sudah memasuki halaman rumahnya. Dan Asa bernafas lega, namun ada sedikit kerutan pada dahinya mendengar keributan didalam rumah Oma.

"Berantem lagi?" Gumam Asa bertanya pada dirinya sendiri,

Asa memasuki rumah Oma yang tidak dikunci, dan pemandangan pertama kali yang Asa lihat adalah Oma Juju dan Nenek Ara sedang beradu mulut dengan masing-masing tangan membawa sebuah panci dan tangan satunya lagi menjinjing tas bermerek branded, Asa tebak bahwa kedua orang itu baru saja pulang dari arisan komplek dan tentunya panci itu adalah dopresnya.

"Gini ya, lo 'kan tau kalau dibarisan ibu-ibu komplek gue yang paling sering update dimedsos." Cerocos Nenek Ara, Asa tidak tahu apa yang dibicarakan mereka berdua memilih duduk disofa panjang, menyaksikan perdebatan yang tidak berfaedah sama sekali.

"Tapi gue yang punya followers banyak!" Ternyata Oma tak mau kalah,

"Halah, followers buta aja senengnya kebangetan lo! Gue juga tau ya, kalau lo itu suka ngebeli followers,"

Fyi, meskipun diumur mereka yang terbilang sangat tua, tapi kecanggihannya menggunakan handphone sudah bisa diacungi jempol, bahkan follower mereka di Instagram menembus angka lima ribu. Asa sampai terkalahkan oleh dua orang itu. Sudah Asa bilang mereka adalah nenek-nenek jaman now dan nilai plusnya adalah warga +62. Bahkan mereka masih menganggap dirinya ibu-ibu,

Oma terhenyak sebentar, tapi karena dirinya tak mau kalah maka dia memutar kembali topik pembicaraan, "Gue juga tau kalau lo itu gak bisa lepas dari filter Instagram! Aslinya burik, tapi di Instagram bening banget kek toples nastar lebaran."

"Ngaca! Lo juga udah keriputan," Bukannya Nenek-nenek sudah keriputan? Kenapa mereka membicarakan masalah ini? Menyinggung diri sendiri mungkin sudah menjadi kebiasaan mereka, mungkin.

"Keriputan gini gue pernah jadi model iklan jaman dulu, dari pada lo! Ikutan casting gak pernah keterima." Oma tersenyum sinis dan menyilangkan kedua tangan didepan dada.

"Kok topik ribut kita jadi ngalor-ngidul sih?!" Sentak Nenek Ara tidak terima, "Tau ah, gue pulang aja! Mendingan tidur cantik sambil maskeran." Nenek Ara memutar badan untuk keluar dari rumah Oma.

"DASAR NENE LAMPIR!!" teriak Oma, namun sepertinya Nenek Ara tidak peduli, dan terus berjalan keluar.

Kenapa tidak sedari tadi kedua Nenek itu berhenti bertengkar. Asa masih duduk anteng, mungkin mereka tidak menyadari keberadaan Asa. Asa berdehem untuk mengalihkan pandangan Oma.

GERHANA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang