39. Aleasa ✔️

201 32 5
                                    

"Mengikhlaskan sesuatu itu ibarat kita membaca Qalqalah Kubra di akhir ayat. Yaitu, harus mantap dengan pantulan suara yang kuat."

_Sa_

Happy reading 🎶

Brak!

Suara pintu di buka dengan kasar dari luar. Asa yang kaget dengan suara itu langsung keluar dari kamarnya. Was-was saja karena tadi Asa mungkin lupa mengunci pintu rumah, Asa rasa tadi Viaul sudah menguncinya tenyata tidak.

Asa terpaku di tempat, ternyata yang membuka pintu itu adalah Saga, beserta Agatha di belakangnya. Asa menatap takut kedua orang itu. Jantungnya sudah berdegup kencang.

Saga maju mendekati Asa dengan tatapan mata yang mengisyaratkan bahwa ia sedang sangat marah.

Plak!

Saga menampar pipi Asa dengan keras. Asa sedikit oleng ke samping. Tamparan mungkin sudah menjadi makanan Asa setiap hari. Dan Gerhana kembali mengambil alih. Seolah-olah Gerhana sudah tahu jika Saga masuk kedalam rumah maka ia akan menjadi tokoh utama di cerita ini.

“Keterlaluan kamu!! Saya menyekolahkan kamu susah payah. Tapi ini balasan kamu untuk saya?!!” bentak Saga tepat di depan muka Asa.

Ah, Asa mengerti kemana arah pembicaraan Saga.

“Apa-apaan ini?!” Saga melempar amplop putih di depan muka Asa dengan kasar. Asa sontak menutup matanya.

Asa langsung menduduk menatap ujung kakinya yang sudah bergetar, ayolah Asa bukan gadis yang akan kuat jika sudah seperti ini, Asa tak bisa membela diri ia terlalu takut pada ayahnya yang sangat kejam itu. Ini bukan cerita di mana anak yang selalu tersakiti akan melawan tak diam saja, bukan, karena ini kisah Asa, kisah yang sangat berbeda.

Saga menarik dagu Asa, dan mencengkramnya kuat, Bahkan Asa sudah berkaca-kaca, “Kamu ini anak perempuan!! Untuk apa saya menyekolahkan kamu jika kamu tidak tahu caranya bersekolah dengan benar huh?!” Asa sudah sangat ketakutan dengan suara Saga yang menggema di setiap sudut rumahnya itu. Gerhana akan kuat menerima ini semua.

“Bolos? Kemana kamu bolos minggu kemarin?! Keluyuran nggak jelas atau main-main sama anak laki-laki yang waktu itu?! Dasar perempuan nggak tahu diri!! Ingin saya mengumpat kasar terhadap kamu!!”

Kalimat terakhir itu sangat mencolok hati Asa. Asa bukan anak yang tahu diri, Asa tahu siapa laki-laki yang Saga ucapkan, siapa lagi jika bukan Athana? Ini adalah salah satu kenapa Asa tak ingin membawa teman lelakinya ke rumah, Asa tak seberani itu karena Saga akan mencantumkan nama laki-laki yang datang kerumah pada penderitaan Asa. Bahkan dulu Saga menitip pesan pada kepala sekolah agar Asa tidak di sekelaskan oleh Venus di sekolah.

Saga menjatuhkan Asa dengan kasar. Asa sudah menangis sesenggukan. Ia terlalu lemah.

“Kalau begini caranya lebih baik kamu tidak usah sekolah! Buang-buang uang saya saja.”

Agatha tidak bisa berbuat banyak selain melihat putrinya menangis itu, Agatha lantas menutup pintu rapat-rapat agar tak ada yang melihat.

“Kamu membuat saya malu Gerhana!! Saya malu jika harus datang ke sekolah karena kelakuan kamu itu! Kamu itu perempuan! Perempuan Gerhana perempuan! Bersikaplah seperti perempuan bukan anak laki-laki!!” bentak Saga dengan nafas memburu.

GERHANA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang