28. Salah siapa? ✔️

269 28 5
                                    

"Lebarkan dan kuatkan bahu ya. Karena dunia sudah mulai sebercada ini. Dan, satu lagi, pasang senyum palsu."

_Gerhana Tsabita Aleasa_



Happy reading 🎶

Athana memarkirkan motor metik dihalaman rumah dengan terburu, sampai Mbok yang melihat itu geleng-geleng kepala, pasalnya Athana adalah sosok yang tenang dan tidak suka terburu-buru.

Dengan mata memerah menahan mati-matian tangisan yang keluar, Athana lari masuk kedalam rumah menuju kamar sang Bunda tercinta. Hatinya sesak mendengar kejadian tadi di rumah Asa.

"Bundaaaa......" Suara Athana terdengar seperti rengekan anak kecil yang menahan tangis karena ingin membeli mainan.

Athana menghambur pada pelukan Bunda yang sedang terduduk dipinggir ranjang. Dan saat itu pula, tangisan yang Athana simpan tadi dijalan keluar dengan pilu. Seakan-akan juga turut merasakan kepedihan anak ayamnya itu.

"Kenapa sayang? Kamu cowok bukan sih, masa cowok nangis?" Ucap Bunda dengan mengelus-elus rambut Athana.

Athana menangis pilu, tapi tidak dengan sesenggukan, Athana cowok. Dan Athana tau jika cowok sedang menangis, tidak boleh terlihat lemah, walupun dirinya memang lemah.

"Ya cowok lah Bun, tulen ini." Bahkan sedang ada dalam fase sedih Athana bisa-bisanya membuat lawakan yang terkesan garing.

Bunda menyentil telinga kiri Athana. "Bicaranya."

Momen haru yang diciptakan oleh Athana pupus sudah. Athana melepaskan pelukan Bunda, dan mencebikkan bibir kedepan. "Dahlan males, Bunda merusak momen terharu."

"Kamu juga yang mulai duluan." Terdengar hembusan nafas kesal dari Bunda, "Oh iya, tadi gimana? Nganterin Asa sampe rumah kan?"

Pertanyaan Bundanya membuat Athana sadar kembali dengan apa yang tadi dia dengar, sakit, mungkin kata 'sakit' tidak cukup untuk mewakili persaan Athana kali ini. Ayah Asa yang dikenal dengan sosok berwibawa dan murah senyum itu ternyata tidak sebaik covernya. Ayah Asa sangat jauh jika di dunia luar dan di dalam. Athana masih ingat, dimana Saga membentak, meneriaki Asa dengan perkataan yang tidak pantas. Dan apalagi tadi? Saga menuduh Athana yang tidak-tidak pada Asa? Athana tidak ada pikiran seperti itu, dirinya masih kecil sebenarnya, untuk tahu itu semua. Tapi pergaulan dan jaman yang membuat Athana mengerti apa yang tadi diucapkan Saga. Sakit.

Asa membohongi banyak orang, bahkan sahabatnya, akan tetapi, apa sahabat Asa tahu penderitaan Asa saat ini? Jika iya, maka beban Asa sedikit berkurang. Karena, menceritakan keluh kesah pada sahabat itu seakan meringankan beban yang kita tanggung sendirian.

Athana sedih memikirkan keadaan Asa. Ternyata bukan hanya dirinya yang memiliki keluarga seperti itu. Tapi sekarang tidak, atau mungkin sudah dari kata lebih baik daripada sebelumnya. Dan sekarang, Asa. Athana ingin membantu Asa. Apa adalagi orang-orang seperti ia dan Asa? Jika ada Athana muak dengan dunia ini.

Bunda menepuk bahu Athana dengan keras, "Heh! Ditanya kok malah bengong. Kesambet jin apaan kamu?!"

"Jinta kupada Bunda Hanaaaa." Athana jadi gereget sendiri, sedari tadi bundanya bermain kasar.

"Issssh. Tadi gimana nganter Asanya?"


"Gak gimana-gimana sih Bun," sepertinya saat ini Athana urungkan untuk bercerita kejadian tadi pada Bundanya itu, dia tidang ingin mental Bunda goyah lagi. "Athana janji, bakal jagain Gerhana, bakal sayang sama Gerhana, bakal selalu ada buat Gerhana."

GERHANA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang