29. Athasa ✔️

322 28 19
                                    


"So why does it rain? If feel just the same."

~Sing my song, Koo keun byul


Happy reading 🎶

"Pelan-pelan jalannya Sa!" Titah Mentari, namun tak digubris oleh Asa.

Asa sudah menceritakan hal kemarin pada sahabatnya itu, namun hanya sekilas, hanya cerita tentang dirinya yang diajak kerumah Athana, dengan keadaan basah kuyup, lalu Asa berada disebuah kamar dengan baju yang sudah diganti dan tentunya tak ada siapapun disana. Lalu diantarkan pulang, dan Saga menuduh yang tidak-tidak. Dan hanya itu, kejadian yang menyakitkan tidak Asa ceritakan.

Setelah Asa menceritakan itu tadi di angkot yang tak ada penumpang, Viaul langsung mencak-mencak tidak terima, memang diantara mereka Viaul yang memiliki sifat ingin menghabisi siapa saja yang berani mengusik orang-orang yang dia sayang. Dan lihat saja, saat ini mereka ingin mencari Athana dan yang memimpin paling depan adalah Viaul dengan muka merah, beda dengan Asa, Asa sangat marah besar dan muka menahan tangis, bahkan tadi dia menceritakan itu juga menahan tangisannya. Hanya Mentari dan Zeeanka yang tenang dengan masalah ini.

"Hai Asa!" Sapa Langit dikoridor kelas delapan, namun keempat cewek itu hanya melongok pergi dengan jalan yang terburu-buru.

Asa tidak memperdulikan sapaan Langit sekarang, yang menjadi tujuan utama adalah Athana si Kutil kuda.

"Gue, gak mau tau, pokoknya Athana ia dead!" Viaul berlari setelah naik ketangga kelas mereka.

"Heh, Totos Surotos! Jangan main ancem sendiri." Teriak Zeeanka, Viaul jika tidak hentikan bahaya, dia bisa mematahkan tulang lawannya.

Asa menyusul Viaul dengan berlari juga, "Keras kepala banget tu anak." Cibir Mentari, dan akhirnya mereka ikut menyusul.

"MANA ATHANA??!!" Teriak Viaul dengan keras pada penghuni kelas,

Penghuni kelas dibuat kaget dengan kedatangan empat orang itu yang terlihat raut emosi. Apalagi Asa, keringat sudah bercucuran di dahinya. Dan nafas memburu.

"KUTIL KUDA SIALAN! KELUAR LO!" Teriak Asa kali ini. Penghuni kelas dibuat bingung sejadinya.

Asa memang tukang marah, namun jika pagi-pagi sudah marah besar seperti ini, rasanya terjadi sesuatu.

"Kenapa sih, tiba-tiba kok nyari Athana?" Tanya Dea dengan menghampiri mereka yang berdiri di pintu kelas.

"Gak usah banyak tanya, mana Athana, kenapa engga ada dikelas?" Jawab Zeeanka dengan nada tenang, Viaul mengitari kelas, mencari-cari dibawah meja.

Dan Asa celingukan ke koridor kanan dan kiri, sedangkan Mentari menatap datar Dea dan kedua dayang-dayangnya itu.

"Ini tas ada, orangnya kemana huh?!" Bentak Viaul yang menemukan tas Athana dimejanya. Bahkan tas teman-teman Athana.

Dea menatap Viaul malas, "Lah, kalian gak liat tadi Athana sama yang lain lagi main bola dilapangan utama?" Setelah mendapat jawab kemana perginya Athana, tak mau ambil waktu lama, keempat perempuan itu langsung berlari.

Bodoh. Satu kata untuk mereka. Kenapa tadi tidak melihat gerombolan Athana sedang bermain bola dilapangan utama, mereka capek-capek pergi ke kelas yang ada dilantai atas.

"Dasar kutu kupret, kalau beneran dia ngelakuin hal yang enggak-enggak, ia dead!!!" Viaul teeus menyumpah serapahi Athana sepanjang jalan.

"Buang-buang tenaga ngomong disepanjang jalan," Ucap Mentari tenang.

Asa tetap tidak menggubris ocehan tak bermanfaat temannya itu. Ia akan mengeluarkan suara paling kencang dihadapan Athana. Saat ini perasaannya tengah dilanda ketakutan hebat.

GERHANA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang