52. Ujiannya ✔️

168 30 5
                                    

 

“Apakah hati lo kayak soal ujian? Yang kalau gue isi, gue harus berfikir seribu kali hanya untuk menemukan jawaban benar bahwa lo itu rumah bukan tempat singgah.”

_Athana Nazril Irawan_

 

Happy reading 🎶

“Ssssuuuuut, zee ...” Asa mengecilkan volumenya agar pengawas yang ada di depan tidak mendengar suaranya.

Ya, Asa sedang ujian tengah semester kali ini. Hari senin yang sangat memusingkan untuk Asa karena jadwal pertama adalah IPS, dan sungguh Asa lemah dalam pelajaran itu. Asa lebih baik di suruh memecahkan rumus matematika dari pada membaca buku tebal IPS.

Zeeanka yang tempat duduknya ada di depan Asa tengah sibuk dan mengacuhkan panggilan Asa. Zeeanka jago IPS namun tidak dengan hitungan.

Dasar susu tinggi! Susah amat di panggil ...

Batin Asa mengumpat Zeeanka beberapa kali, jika di dekatnya ada Viaul dan Mentari mungkin akan gampang saja untuk memanggil Zeeanka, pasalnya mereka berdua berada sangat jauh.

“Zeeanka tolonglah, nomer tiga sampe lima belas apaan?” seru Asa dengan berbisik dan sesekali menengok Kana kiri, kebetulan sang pengawas tengah memainkan ponselnya.

Zeeanka menoleh sebentar, “Apa?”

“Anjim! Nomor tiga sampe lima belas.”

Zeeanka balik badan ke depan dan melihat Asa lagi.

Asa berusaha mengerti apa yang di isyaratkan Zeeanka melalui mulut dia yang tidak keluar suara.

“Apaan? Ngomong oy!”

“A, B, C, A, B, D, B, C.” fix Asa tidak terlalu mendengar apa yang diucapkan Zeeanka, karena Zeeanka berbicara dengan cepat dan langsung membalikkan badan kembali.

Astaghfirullah, Zeeanka ngasih jawaban apa tadi? Gue malah denger kopi ABC.

Asa yang sudah sangat kesal langsung saja mengisi dengan asal dan sesekali ia mengetahui jawabannya itu juga hanya lima dari empat puluh soal.

“Zee ... yang essay apaan? Kagak ngerti, pake acara di jelaskan segala. Hubungan gue sama doi aja nggak pernah ada yang di jelaskan lah ini soal ujian dengan seenak jidat suruh gue menjelaskan apa yang nggak gue pahami.” ocehan Asa hanya di anggap angin lalu oleh Zeeanka.

Asa beberapa kali istighfar saat matanya tertangkap basah sedang memperhatikan sang pengawas yang mungkin kata Asa lumayan ganteng.

Sialan pengawasnya bikin gue baca masya Allah berulang kali. Gue isi ini soal dengan perasaan gue ke doi aja kali ya?

Baru saja Asa ingin menorehkan pensil pada kertas ulangan tiba-tiba ada segulung kertas kecil yang mengenai kepalanya.

Asa melotot tak suka pada seseorang yang menyengir tanpa dosa setelah melempar gulungan kertas tersebut.

“Buka.” Athana menyuruh Asa membuka kertas itu.

Asa yang kepo langsung menghadap ke depan kembali dan memungut gulungan kertas tersebut.

Anak ayam, udahan yuk saling ngebenci mending saling mencintai dan membuat manusia di bumi iri.

Athana gila! Buat apa dia menuliskan kalimat seperti itu sudah tahu Asa sedang kesusahan untuk berfikir di tambah dengan ini, otaknya menjadi lemot.

Asa memasukkan gulungan itu kepada saku seragamnya dan tersenyum malu, tak berani menengok kebelakang tempat di mana Athana duduk.

“Anak-anak, lima menit lagi kertas ujiannya kumpulkan ke depan.”

GERHANA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang