56. Jangan bercanda ✔️

158 33 15
                                    

“Ku kira kau cinta, tapi nyatanya hanya bercanda.”

 

Happy reading 🎶

Semua orang yang sangat penting bagi seorang gadis yang sedang mempertaruhkan nyawanya di dalam itu sangat merasa terpukul.

Agatha, Saga, Algi, Viaul, Mentari, Zeeanka, mereka sedang ada di depan ruangan Asa di rawat. Jantung mereka seakan-akan di obrak-abrik.

Agatha sudah menangis dengan hebat sejak tadi dan menjatuhkan kepalanya pada pundak sang anak laki-laki. Sedangkan Saga? dia tertuduk lemah di lantai dengan kepala yang ia tenggelamkan pada lutut, apakah ini salahnya? Ia membunuh anak sendiri? Jika iya, dia akan sangat amat menyesal dan tidak tahu lagi harus berbuat apa.

Sedangkan, Viaul dia sudah menangis terisak-isak di dalam dekapan Zeeanka. “As—Asa dia, nggak boleh pergi secepat ini. Hiks ... gue nggak rela.” ujar Viaul dengan suara serak.

Zeeanka tidak menangis namun matanya berkaca-kaca, dia yang paling tua di antara sahabatnya dan dia tidak boleh cengeng, tidak ada yang tahu takdir tuhan. “Hussh! Asa ba—baik aja tos.” sahutnya dengan suara bergetar menahan tangisan.

Lalu Mentari, dia sedari perjalanan menuju rumah sakit terlihat terdiam dan tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Hatinya sesak untuk berbicara, ia tak kuasa.

“Gila!!” bentak Saga meninju tembok di belakangnya.

Sontak mereka yang mendengar itu langsung kaget, bahkan Viaul menutup mulutnya dengan tangan.

Agatha berdiri menghampiri Saga. “Apa yang kamu lakukan lagi dengan Gerhana mas?! Apa kamu mencoba membunuhnya dan sekarang kamu seolah-olah merasa bersalah??” tanya Agatha dengan lirih menatap suaminya dari atas.

Saga mendongak, matanya terlihat merah. “Kamu nuduh aku bunuh anak sendiri?” tanyanya tak percaya.

Agatha memalingkan wajahnya ke samping. “Halah! Nggak usah drama mas! Kamu yang buat Asa koma.” ucapan Agatha membuat Viaul menangis kembali. “Dan tadi kamu yang terakhir ada di ruangan Gerhana setelah kita bertengkar! Dan kamu yang berteriak memanggil dokter. Aku nggak bodoh.”

“Terserah kamu mau bilang apa! Yang penting aku nggak pernah ada niatan buat bunuh anak kita.”

Agatha tertawa dengan sinis. “Anak kita? Apa kamu udah mengakui Gerhana anak kita?” Saga menjawab dengan anggukan. “KENAPA BARU SEKARANG KAMU MENGAKUI? DI MANA KAMU DULU?!” teriak Agatha dengan nyaring.

Algi mengusap wajahnya kasar sebelum dia merangkul sang mama untuk duduk. “Tolong mah, jangan buat keributan di sini. Nyawa Gerhana lagi di ujung. Jangan buat dia sedih untuk berpulang.”

Agatha tertawa mendengar ucapan anaknya. “Kamu ini bodoh atau gimana? Gerhana nggak akan mati secepat itu Algi, dia masih mau sekolah.”

Algi merangkul Agatha untuk duduk kembali, dirinya merasa sangat bersalah untuk sekian kali.

Namun tiba-tiba suara riuh dari koridor rumah sakit mengalihkan perhatian mereka semua.

Sontak mereka melihat ada kejadian apa, dan ternyata ada banyak orang yang membawa kamera datang terpogoh-pogoh ke arah mereka.

Saga berdiri dan terhenyak sesaat. “Sialan!!” umpatnya, ia lupa jika media ingin mengetahui kondisi putrinya.

Mentari, Viaul dan Zeeanka yang berada di ujung langsung pindah tempat tepat di belakang Saga. “In-ini ada apa om?” tanya Viaul lirih.

“Kamu ngundang media mas? Di saat anak kamu Sadang kritis?” tanya Agatha tak percaya.

Saga menggeleng dengan cepat lalu ia mengambil ponselnya dan terlihat menghubungi seseorang.

GERHANA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang