EPILOG GERHANA.

352 30 26
                                    

Gerhana itu di takutin semua orang, Gerhana itu bencana, Gerhana itu gak pernah di harapkan kehadirannya. Kata orang, kalau ada Gerhana berarti sebentar lagi dunia akan hancur.

                          ____________________

 

Ya, begitulah kisah miris kehidupanku saat SMP. Kehidupan yang sebenarnya ku rasakan saat sekolah menengah pertama. Setelah kemauan bodoh yang aku minta, hidupku hancur, hampa, dan kosong. Laki-laki gila mengambil masa depanku, oh, atau aku yang menyerahkannya? Dengan alasan, aku harus di hukum masa depanku hilang begitu saja.

Padahal saat itu aku hanya ingin menyendiri di tempat itu untuk beberapa waktu, tapi takdir berkata lain. Ya, rumah sakit jiwa itu adalah rumahku dulu, di mana setiap hari gendang telingaku di hiasi dengan teriakan frustasi, tawa menyeramkan, tangisan histeris itu semua aku rasakan.

Aku semakin membenci semuanya, aku membenci mereka. Aku gila. Aku stres. Aku frustasi. Aku hampa. Aku sedih. Semuanya hilang begitu saja dalam satu waktu.

Mama berpisah dengan ayah, lalu mendonorkan ginjalnya demi masa depanku, lalu mama pergi, dan kemudian Algi menyusul, lalu ayah di kurung selamanya, aku yang kehilangan masa depanku, semua kejahatan dunia sudah aku rasakan! Ah, rasanya mengingat itu semua membuat ku menjadi semakin sakit.

Aku menuliskan kisah tragis dan miris ini dengan tangan kurus yang bergetar. Ya, karena inilah kisahku lima tahun lalu.  

Kata anak jaman sekarang, mungkin aku sudah profesional untuk menangani kekerasan dunia, karena semuanya sudah aku rasakan.

Ini sudah lima tahun setelah kejadian pahit di dalam hidupku. Semuanya sudah berbalik dengan usaha yang keras, aku sudah menjadi ibu rumah tangga dan memiliki satu anak yang menggemaskan, dan tentunya menjadi seorang istri dari laki-laki yang tak pernah ku sangka jika laki-laki itu akan menjadi suamiku. Mungkin sekarang waktunya mengubah narasi dari perempuan menjadi wanita? Dan laki-laki menjadi pria?

Mungkin usia ku terlalu muda untuk menyandang gelar ibu, ya, aku menikah dengan laki-laki itu saat umurku 20 tahun dan setelah satu tahun menikah kami di karuniai anak laki-laki yang sangat menggemaskan dan umurnya sudah dua tahun saat ini.

Aku menikah dengan laki-laki yang usianya terbilang cukup jauh denganku. Saat kita menikah aku berumur 20 dan dia 25. Beda lima tahun, namun aku tetap menyayanginya. Sekarang laki-laki itu berkerja di sebuah perusahaan properti, dia juga melanjutkan kuliahnya setelah aku melahirkan.

Kalian ingin tahu siapa pria itu? Dia, Fajar. Ya, Fajar adalah jodoh yang tak pernah ku sangka, kita bertemu di sebuah rumah sakit jiwa di mana pria itu sering mengganggu diriku dan merenggut mahkotaku tapi akhirnya kita menikah juga. Lima tahun Fajar berjuang meluluhkan hatiku dan hati ayah, dan semuanya luluh begitu saja dengan sifat dewasanya.

Athana? Ah, laki-laki itu? Katanya dia sangat hancur ketika aku menikahi Fajar. Iya memang, dia sudah putus asa saat Fajar melamarku di dalam rumah sakit jiwa dengan membawa keluarganya. Athana yang menggemaskan itu terus memanggil anak ayam, bahkan dia menangis dan terus memelukku erat, Fajar yang melihat itu sudah cemburu namun ia tidak mempermasalahkannya dan masih bersikap tenang.Lucu sekali bukan? Bahkan yang memasang cincin di jari manisku bukan Fajar Melainkan Athana. Apakah seharusnya aku menikah dengan Athana?

Tidak, Athana milik Asa. Anak ayamnya. Sedangkan saat ini ialah Gerhana yang dimiliki Fajar.

Kalian ingin tahu saat Fajar mengucapkan ijab qobul bagaimana reaksi Athana? Baiklah kita ceritakan seben—eum, apa ada yang ingin tahu? Sepertinya tidak. Maka, tidak usah. Kita singkat saja ceritanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GERHANA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang