49. Kepribadian ganda ✔️

137 24 0
                                    

“Tidak ada orang yang menyukai kesepian atau kesunyian, itu semua hanya pencitraan diri agar mereka terlihat paling menyedihkan.”

 

_Gerhana Tsabita Aleasa_

 

Happy reading 🎶

 

Setelah mereka berempat mengucapkan kata yang mungkin akan terdengar menyakitkan hati bagi ayah mereka masing-masing. Namun, jika kenyataannya seperti itu mereka bisa apa? Berbohong dan tertawa bahwa mereka baik-baik saja? Mereka terdiam saling menatap satu sama lain melalui mata yang seakan berkata bahwa ia tidak baik-baik saja.
 

Hari sudah semakin sore, dan malam senin akan segera datang. Hari minggu mereka hanya di isi dengan berdiam diri di tempat ini. Tempat pengembalian mood dengan memakan beberapa basreng merah serta teh gelas yang entah sudah habis berapa gelas. Saling bertukar cerita tentang satu minggu lalu, mengobrol ria dan memperhatikan jalan raya yang menurut mereka mengasyikkan. Tentu, siapa yang tidak suka melihat mobil, motor berlalu-lalang? Hanya mereka.

Dering ponsel membuyarkan lamunan mereka.

“Ponsel gue suaranya nggak gitu.” ujar Mentari lebih dulu.

“Lo kali tos, hp gue bunyinya aestetik nggak suara langkah kaki kek gitu.” tuduh Zeeanka pada Viaul.

Ya, deringan ponsel itu berbunyi langkah kaki yang sangat keras.

Sia mah kitu, lo pikir gue nggak ada lagu laen apa selain langkah kaki? Gue tau gue suka gabut tapi gue nggak segabut itu.” seru Viaul tak terima di tuduh Zeeanka.

(Lo mah gitu.)

Asa menyengir malu, “Ponsel gue yang bunyi.” aku Asa sembari mengangkat ponselnya.

“Semprul! Nada dering itu yang enak dikit kek.” gerutu Viaul menjitak kepala Asa yang ada di sampingnya. Asa meringis kesakitan lalu melotot tak suka.

Mereka tidak tahu, bahwa itu adalah suara langkah kaki Saga yang sengaja Asa rekam. Asa sebegitu takutnya pada Saga sampai-sampai ia merekam langkah kaki Ayahnya dan dijadikan nada dering ponsel. Ada maksud dari itu semua. Asa ingin mengingat selalu suara langkah kaki Saga, agar jika berada di rumah ia tidak perlu khawatir dan merasa was-was pada langkah kaki Saga karena ia sudah mendengar saat ponselnya bergetar. Asa pintar bukan? Atau terlalu takut?

“Dari siapa?” tanya Zeeanka.

“Kutil kuda, ngajak gue kerumahnya sekarang.” ceplos Asa dengan santai dan jari-jari yang masih menari di atas layar ponsel ia tak menyadari ucapannya.

“APA?” tanya mereka kompak.

“Lo udah taken?”

“Benci jadi cinta neng?”

“Nggak nyangka gue, lo udah di khutbah.”

“Khitbah Maesaroh!!!” ralat Zeeanka pada ucapan Viaul.
 
“Bukan gitu maksudnya astaghfirullah. Gue cuman mempererat tali silaturahmi antara gue sama kutil kuda sebagai orang yang saling membenci.” jelas Asa walaupun penjelasannya tak masuk akal sama sekali.

“Otak gue yang hanya 3G susah mencerna ucapan lo.” komentar Viaul.

“Nggak paham.” komentar Mentari sembari memberi gelengan kepala.

Dan, mungkin hanya Zeeanka yang paham maksud Asa. “Namanya juga orang gugup pasti ngejelasinnya kek gitu. Dan gue sih paham.”

“Kalau lo benera-“

GERHANA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang