43. Mentari Reina ✔️

192 29 8
                                    

“Kata orang, mencintaimu itu sulit. Kata takdir, menyayangimu itu berat. Kata aku, memilikimu itu adalah sebuah perjuangan yang sangat kuat. Karena memiliki berlian seperti kamu harus mempunyai hati yang tepat.”

             _Athana Nazril Irawan_

Disponsori oleh lagu Budi Doremi _Melukis Senja_

Happy reading 🎶

“Lo tau nggak kutil kuda?” tanya Asa dengan nada ketus,

Baru kali ini ia sadar bahwa Athana lagi-lagi menculiknya dari sekolah untung saja ini sudah waktunya pulang sekolah dan semoga tak ada guru yang masuk kelas. Entahlah, Asa sering tidak sadar jika sudah di bawa pergi oleh Athana. Athana seperti seorang kakek sihir yang memberikan mantra kehilangan kesadaran pada Asa.

Athana menengok ke belakang, memperhatikan Asa yang berjalan di belakangnya dengan menunduk dan sesekali menendang batu kecil setiap jalan, “Ngggak. Kenapa?” jawab Athana.

“Gue kok sering heran, kenapa gue selalu aja mau di culik sama lo gini. Di ajak bolos aja gue mau.” celetoh Asa sambil memasukkan kedua tangannya pada saku Hoodie. “Gue curiga lo punya sebuah ilmu hitam deh.”

“Ngawur lo! Gue bukan punya ilmu hitam, tapi pesona gue yang luar biasa ganteng nan keren.” ungkap Athana.

“Iuh jijik.” komentar Asa. “Terus ini kita mau kemana?” tanya Asa.

“Kemana ya?” tanya Athana balik membuat Asa kesal setengah mati. Dirinya tak bisa lama-lama di luar selain jam sekolah, dan sekarang apa kata kutil kuda itu? Dia tidak tahu mau kemana.

Karena sudah terlanjur kesal pada Athana yang malah merubah ekspresi mukanya seolah-olah tengah berfikir Asa memberhentikan langkah kakinya lalu menarik belakang seragam Athana yang tidak di masukkan ke dalam celana.

“Eh, apa-apaan lo! Lepasin nggak?” hardik Athana menengok kebelakang melihat tangan Asa yang mencengkram seragam belakangnya dengan erat dan mimik wajah Asa yang di tekuk.

Asa menggeleng cepat, “Buat apa kita jalan kalau lo nggak tahu kemana arah tujuan kita?!”

Athana menahan senyumannya dengan menggigit bibir bawahnya lalu bersidakep, “Um... jadi ceritanya kalau kita jalan ke pelaminan gimana? Kan gue udah tahu arah ke pelaminan itu jalan mana.” ajakan Athana sedikit tidak di mengerti oleh Asa.

Asa mengerutkan keningnya, “Ngapain ke pelaminan?”

“Kutil kuda kan mau nikah sama anak ayam.” Jawab Athana melepaskan cengkeraman tangan Asa pada seragamnya lalu beralih menggandeng tangan mungil itu.

Asa sudah tidak bisa lagi menahan senyumannya, pipinya sudah kepanasan matanya sudah buram, jantungnya sudah berdetak tidak karuan, kakinya sudah melemas. Berapa kata tadi? Apakah satu kalimat? Atau hanya satu kata? Kenapa efeknya sangat dahsyat sampai-sampai seluruh tubuh Asa mendadak tidak dapat berfungsi detik itu juga. Apakah ini yang namanya cin—eh benci? Kenapa rasa membenci seseorang bisa segila ini? Asa ingin mengumpati Athana. Kutil kuda sialan.

Baru saja Asa ingin menjawab ucapan Athana, Athana malah sudah menarik tangan Asa dan mengajaknya berlari. Mereka berlari berdua di atas trotoar dan di pinggir jalan raya. Melihat gedung-gedung di kota Bandung yang sangat tinggi dengan langit biru menghiasi. Kerudung Asa berkibar terbawa oleh angin yang berhembus kencang. Sepatu mereka menginjak jalanan trotoar dengan cepat.

GERHANA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang