8. Duka✔️

471 57 17
                                    

"Semakin kita takut kehilangannya, semakin hebat dia mempermainkan hati kita."

_Athana Nazril Irwan_

Happy reading 🎶


Cuaca kali ini cukup panas, tidak ada yang bisa mengalahkan terik nya matahari hari ini. Pohon, hewan seperti kelelahan. Roda mobil, motor, yang berjalan seperti roda kehidupan. Dentuman jam tangan kecil menjadi bukti bahwa saat ini seorang gadis tengah dipapah oleh ke dua sahabatnya.

Ya, dia menggambarkan jantung nya bagai dentuman jam, tik. tik. tik. dan tik. Jantungnya berdetak tidak karuan.

Ia risih, karena saat ini ke tiga sahabat nya mengantarkan Asa pulang, mereka khawatir Asa kenapa-kenapa di jalan. Lagi pula rumah mereka satu komplek, jadi tak masalah. Tapi yang masalah saat ini adalah Asa. Cemas dan gugup yang di rasakan gadis itu

Berkali-kali menolak untuk di antarankan sampai rumah, tapi malah beribu-ribu ancaman datang menghujam nya. 'ok, gue minta Athana aja yang nganterin lo sampe rumah' begitu ancaman nya, atau 'gue bawa kucing peliharaan gue ke rumah lo setiap hari!!" Itu yang paling mengerikan. Mereka mengancamnya dengan kelemahan Asa, kenapa tidak dengan kelebihan? Misalnya 'gue traktir lo beli basreng sepuasnya!!" Nah kalau seperti itu kan dirinya tidak terlalu gugup dan cemas. Tapi apakah ada sebuah ancaman berbentuk kelebihan?? Aneh-aneh saja Asa ini.

"Guys udah ya, sampe gerbang ini aja. Gue masuk. Kalian juga pulang, bye!!" Ucap Asa kepada sahabat nya itu. Mereka memang keras kepala. Menyebalkan.

Pas ketika Asa melepaskan rangkulannya dari Viaul dan Zeeanka. Mentari memegang tangan Asa yang hendak membuka pagar kayu itu.

"Ish. Biar kita anter lo sampe rumah! Dan ketemu mama lo!" Ucap Mentari sambil membuka pagar kayu itu

Viaul menyelonong masuk pagar begitu saja "ini gue udah sampe rumah! Udahlah kalian pulang. Vii!!" Keluh Asa tetap diam di pagar kayu itu

"Ayok. Lo harus istirahat," ucap Zeeanka sambil menggandeng tangan Asa menuju pintu

Ok, sekarang mereka berempat telah berdiri di depan pintu rumah Asa. Viaul bersiap untuk mengetuk pintu,

"Guysssss!!" Rengek Asa kepada sahabat nya itu. Seketika Viaul geram dia hampir saja mengetuk pintu tapi terhalang oleh rengekan Asa.

"AAAPPAAA!!!" teriak mereka berbarengan, Asa kaget. Lebih melebihi kaget. Ok lebay.

Alhasil pintu rumah Asa terbuka tanpa di ketuk, muncul wanita paruh baya menggunakan gamis dan jilbab.

Pasrah. Asa pasrah setelah ini. Terserah. Apapun itu terserah. Bebas. Asa ingin bebas dan bersiaplah mulut ember sang sahabat akan menceritakan apa yang terjadi. Pasrah. Terserah. Bebas. Bodo amat.

"Oalah. ada Viaul, Mentari, sama Zeeanka. Di kira siapa." Ucap wanita paruh baya itu, siapa lagi kalau bukan Mamah Asa

Mereka tersenyum canggung, lalu menyalimi Mamah Asa. Kecuali Asa.

"Tumbenan mampir ke sini, kenapa?" Tanya Mamah Asa sambil tersenyum "Mau masuk dulu?" Lanjut nya

"Engga usah Bude." Ucap Viaul

Yap, mereka. Teman-teman Asa memanggil Mamah nya dengan sebutan 'Bude' wajar saja, Mamah Asa kan orang Surabaya, Jawa timur.

"Kita kesini mau ngasih tau Bude." Ucap Zeeanka sambil melirik Asa,

Asa sudah berkeringat dingin. Tamat sudah, huh menyebalkan. Sebentar lagi Sa, siapkan mental siapkan hati.

"Ngasih tau apa?" Tanya Mamah Asa menaikkan kedua alisnya.

GERHANA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang