13. Mengapa ✔️

396 47 27
                                    

"Dia sama seperti hujan, datang dengan air mata yang tumpah. Aku rasa dia adalah petir tapi nyatanya dia hujan. Dia merubah sendu menjadi tawa, persis pelangi setelah hujan."

_Gerhana Tsabita Aleasa_


Happy Reading 🎶


Dinginnya malam hari, membuat Asa sadar dari tidur atau mungkin pingsannya perempuan yang tergelak lemas di bawah sisi ranjang. Asa merasa tubuhnya panas, kelopak mata seakan berat untuk terbuka.

Lengkuhan kecil terucap dibibir mungilnya.

Begitu kejam nya mereka, sampai tak membangunkan Asa atau menyuruh nya pindah ke kasur. Bahkan melihat ia pingsan pun mereka tak peduli, kejam. Asa duduk ditepi ranjang dan lagi-lagi air matanya menetes.

Asa semakin tak kuat dengan semua ini, apalagi dengan seorang ibu yang tak membantunya, Agatha malah menyaksikan dia disiksa dengan brutal oleh Ayah. Kakaknya tak pernah ia harapkan, harapan satu-satunya hanya Agatha. Tapi harapan itu malah tak dikabulkan. Asa ingin mempunyai pelindung ketika ia rapuh atau jatuh.

Asa melihat keadaan tubuh dirinya yang memprihatinkan, lengan cardigan-nya sobek-sobek. Melihat ke celana nya, juga sama, bagian lutut celana itu sobek. Apa sekejam ini Ayahnya menyiksa?

Miris.

Asa terkekeh geli setalah melihat pantulan dirinya di cermin.

Detik berikutnya ia mentap tajam cermin dihadapannya, matanya melotot tak suka pada wajah nya sendiri.

"Ini kenapa pipi jadi gini!" Bentak nya pada pantulannya dicermin, menunjuk pipi cabi nya sendiri.

"Pipi Gerhana yang cabi kenapa bisa gini?! Siapa yang bikin kayak gini!!" Bentak nya sekali lagi, Asa menyebut dirinya 'Gerhana'.

Entah kenapa, setiap ia mendapat siksaan seperti ini. Batinnya selalu tergoyahkan ia tak dapat menahan emosi atau perubahan sifat, mungkin ia tak mengenal jati dirinya. Panggilan 'Gerhana' pun selalu lolos dari mulutnya! Ia tak menyukai nama 'Gerhana' karena saat itu juga, ketika ia mengucapkan nama itu semuanya menjadi gelap.

"Siapa yang matiin lampu lagi?!!" Bentak Asa nyaris teriak. Asa tak dapat melihat dirinya dipantulan cermin lagi.

Gelap. Yang Asa lihat hanya kegelapan! Tak ada cahaya sedikitpun didekatnya, Asa memegang kepalanya dan berputar. Menunduk dalam-dalam.

 Asa semakin berputar dan mengubah menjadi jambakan dirambutnya.

Bukan hanya gelap yang Asa rasa. Ia merasa ada suara-suara yang tak ingin ia dengar lagi.

Nangis terus kerjaan kamu

Lo masih kecil

Anak gak tau diri

Anak sialan

Sekali lagi! Kamu keluar dari sini

Cepat! Jangan lelet

Kamu gak punya malu?!

Gerhana jelek!

Gerhana itu artinya gelap!

Cerita  sama gue!

Lo kenapa?

Gue selalu ada buat lo Sa!

Suara itu terngiang lagi-- Ralat bukan terngiang kali ini malah terdengar. Semakin cepat Asa berputar semakin keras suara-suara itu. Keadaan tambah gelap.

Kamar Asa tidak gelap, Asa hanya berhalusinasi.

"Tolong nyalain lampu nya!" Asa terduduk dilantai masih dengan menjambak rambutnya, ia mulai menangis tersedu-sedu.

Tangisan nya sangat memprihatikan, rambut hitam yang panjang kusut tak beraturan. Ia benci ketika sudah masuk dalam zona ini. Ia tak mengenali jati dirinya!

"Tolong nyalain," Ia semakin terisak-isak.

Hidup itu butuh perjuangan dan pengorbanan. Tak ada yang mudah dalam hidup. Semuanya penuh teka-teki dan rintangan. Tapi apakah anak SMP sepertinya harus merasakan itu semua?

Kini Asa menangis histeris, ingin melupakan kenyataan yang sudah menyayat hati namun logika tak berjalan dengan hati. Logika nya sangat ingin melupakan semua nya namun hati sudah terlanjur tersakiti. Jantungnya selalu berdegup kencang. Bukan rasa jatuh cinta, bukan. Ini rasa takut. Jantungnya seakan ingin lepas dari tempat nya.

Asa selalu takut jika ia sudah seperti ini. Ia takut jika tangisan nya terlalu keras, apalagi jika mengganggu Saga tidur. Ia akan habis. Asa tak mau disiksa lagi. Takut. Ia harus berhenti menangis.

Ayo Asa, ini hanya halusinasi! Tidak gelap! Ini terang! Perlahan Asa membuka matanya lalu melihat sekeliling, akhirnya terang lagi. Ia mulai meredakan tangisannya.

Tanpa sadar ada seorang yang melihat semua kejadian itu dan merasa menyesal.


GERHANA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang