"Pembohong ulung hanya menang untuk sementara dan bukannya selamanya."
(Author **** POV)
Pernahkah kalian berfikir bahwa tidak ada masalah tapi ada orang yang begitu membenci hingga menggunakan senjata api. Bisa jadi di dunia militer semua itu di lakukan karena mereka saling menjaga wilayah satu sama lain.
Tapi bagi mereka yang tak punya status dan termasuk awam adalah salah satu hal yang tak bisa dibenarkan. Pria itu melepaskan tembakan pelurunya dan mengenai V yang merasa basah pada bagian perutnya. Rasa sakit hingga bagian kulit itu terasa mati rasa, di semua sisi bagian sendinya merasa bahwa urat sarafnya tegang.
Tangan kanan itu menyentuh bagian lukanya dimana darah itu menempel di permukaan kain yang dia pakai. Bau anyir akan tercium jika cairan kental itu sudah banyak, rasanya kepala belakang itu berdenyut dan pusing. "Apa yang kau lakukan, kau bilang aku anakmu. Kenapa kau melakukan hal ini?" Oksigen di tenggorokannya kian tercekat saat dia merasa bahwa di dalam setiap pernafasannya akan habis dalam satu detik itu juga.
"Seokjin...." Sedikit sadar dia memanggil nama itu sampai akhirnya tubuhnya terpelanting ke belakang dengan rasa sakit dan nyeri. Kelopak itu akhirnya gelap sebelum langkah kaki berhasil mendekat ke arahnya, Seokjin yang kalut hanya bisa menangis sembari menepuk pipi itu kuat agar yang muda segera tersadar.
"V, bangun! Jangan begini, hei... Bangun bodoh!" Mata itu berkaca dengan dirinya yang masih abnormal untuk tidak mengatakan hal lebih kasar karena emosi. V tidak bisa mendengar saat dia benar-benar kehilangan kesadarannya, Seokjin masih disana dan mengacungkan pistolnya. Dimana kedua lubang disana seperti memberikan sebuah neraka bagi dia.
"Kau sudah menyakiti adikku sialan! Aku akan membunuhmu bajingan tengik!" Tangan itu gemetar dan dia tidak bohong dengan ancaman itu dan pria itu kembali menembakkan seseorang hingga jatuh dengan kaki terluka. "Lakukan saja karena aku juga akan melakukan hal yang tak akan kau sukai."
Dor!
Anak kecil di sana menangis dengan kepala menunduk, dimana dia terisak keras dengan tubuh seorang ayah yang diguncangkan. Ini tempat umum dan ada banyak begitu bahaya dari masyarakat yang akan jadi korbannya. Sampai akhirnya Seokjin melepaskan tembakannya ke langit dan membuat beberapa masyarakat yang tersisa berlari menjauh berhamburan.
"Hahahaha aku bisa melakukan apapun, seharusnya kau tidak usah ikut campur sejak dulu. Kau sudah membuat anakku menjadi jauh dariku Kim Seokjin! Aku akan membawa Taehyung dalam pelukanku, ayahnya." Membentangkan kedua tangan dan tertawa renyah sembari menatap langit di atas sana. Dia seperti angsa yang menari dengan segala kesenangan terjadi. Pria itu hanya bisa bersorak Sorai dan membuat yang muda semakin tidak tahan untuk tidak menangis bahagia.
Dengan segera pria itu pergi dan menembakkan peluru itu asal, beruntung hanya pohon dan dahan yang mengenai dan beberapa orang punya simpatisan disana langsung menghubungi ambulance.
"Jungkook bisakah kau memanggil bantuan. Biarkan aku yang akan-" kepalanya menoleh ke belakang dan melihat seseorang memelas dengan nafas terengah dimana dia menginginkan hal ini semua tidak terjadi.
Jungkook tidak akan naif sekarang sampai dia menundukkan kepala sebentar. Dia menggigit bibir bawahnya.
"Jangan lakukan apapun bodoh! Apa kau tidak lihat dia membawa senjata walau kau punya nyali dan membawa senjata juga! Jangan lakukan apapun sendirian sialan!" Adiknya murka dengan cekalan kuat pada tangannya, saat dia juga kalut dimana dibawahnya ada V yang tak sadarkan diri disana. Jungkook cukup sigap saat menahan darah itu dengan kain yang dililitkan pada tubuhnya, beruntung Jungkook membeli persediaan perban juga sebelum datang kesini.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're a Little Late (Sad Story Jintae) END ✓
Fanfiction[Sequel dari buku pertama 'If You're a Little Late']✓ 'Aku adalah V, namja penggoda dengan gairah penuh dan panas, dengan nama jalang yang telah aku sandang selama ini. Katakanlah aku menyimpang, katakanlah aku adalah sesuatu yang buruk. Tapi kenap...