(Author **** POV)
'Langkah kaki ini akan meninggalkan jejak, kemanapun kaki ini pergi maka aku akan mengikutinya. Setiap jejaknya akan menjadi bukti, sebuah bukti yang bisa ditunjukan pada dunia. Bagi siapapun yang melihat dan pernah mendengarnya, membuat mereka tahu dan percaya, bahwa aku juga hidup diantara kalian. Meski pada kenyataannya kalian tak menyadari akan hal itu...'
.
Jendela terbuka, membuat kain putih tipis bernama tirai itu terbang. Bergerak melambai dengan indahnya, seakan tirai itu menari lantaran adanya lantunan lagu lembut. Semilir dingin yang menyejukan masuk begitu saja, mengisi dan menggantikan suhu udara juga oksigen bagi si pemilik ruangan itu.
Sebuah ruang bangunan yang cukup luas, dengan warna putih bersih pada dindingnya. Sebuah ruangan yang diisikan tempat tidur cukup luas dengan berbagai perabotan yang sudah lengkap, bahkan raungan tersebut sepertinya lebih menjurus seperti ruang tamu dari pada sebuah kamar.
Sepertinya kamar tersebut sudah dimiliki seseorang yang mempunyai kekayaan yang cukup mumpuni terbukti dengan adanya bukti kemewahan yang terlihat dan terpajang disana.
Tak lupa disana, lebih tepatnya....
Seseorang yang berdiri dengan santainya, menatap ke sana. Dimana tatapannya terarahkan melalui jendela kamarnya. Pandangannya yang entah sejak kapan masih betah disana, seakan apa yang ia tatap adalah objek yang mampu mengunci semua perhatiannya. Bukan hanya perhatian namun juga waktunya....
Waktu dimana ia gunakan untuk melakukan aktifitas melamunnya, bukan hanya itu saja. Terlihat dengan jelas tangan kanannya yang memegang sebuah buku, buku catatan dengan ukuran cukup tebal. Dimana buku tersebut tersimpan sebuah tulisan penting, dengan sebuah pena yang terselip di dalamnya.
Sebuah pena yang juga meninggalkan sebuah jejak, berbagai jejak yang di buat oleh pemilik buku hitam kecil penting itu. jejak kehidupan dan juga jejak akan pelariannya.
Tapi....
Jika kalian cermati lebih teliti, akan ada sebuah kejanggalan dalam buku itu. dinatara jemari yang menggenggamnya, nampak sebuah sampul yang bertuliskan sebuah nama. Sebuah nama dengan tinta emas yang sudah menjadi cover tersendiri buku catatan itu, terlihat di pinggirnya warna kertas yang coklat dan menguning lantaran dimakan oleh waktu. Tapi, sepertinya hal itu tak dipikirkan oleh seseorang yang menggenggamnya. Bahkan tangan kanannya menggenggam erat buku itu, meski pandangannya tertuju ke depan. Menatap semilir angin sore dan juga matahari yang mulai turun dari posisinya secara perlahan.
Seperti tak bosan, namja berbahu lebar itu tak mengindahkan perhatiannya. Terlalu sibuk dengan kegiatan yang menurutnya jauh lebih penting, menatap dan melihat bagaimana matahari tenggelam. Menikmati ciptaan Tuhan yang tersedia di depan matanya.
.
'Mencintai diri sendiri adalah hal utama bagi setiap orang, mencintai diri sendiri adalah ego tersendiri bagi setiap orang, sejak lahir rasa itu telah ada. Tuhan telah memberikannya, memberikan rasa peduli pada diri sendiri. tapi, apakah dari semua ini? ketika aku mencoba berpikir, justru aku tak mampu untuk mencari jawabannya. Membuatku harus memutar otakku berulang-ulang, dan terus berpikir apa, apa, dan apa...'
.
Mata terpejam, dengan wajah sendu yang nampak di wajah tampannya. helaan nafas pelan dengan tangan yang mengerat, tangan kanan yang mengepalkan buku catatan hitam itu. membuat sebuah nama bertuliskan tinta emas itu tertutup oleh telapak tangannya.
.
'Apakah aku boleh bersikap egois? Sedangkan orang diluar sana juga bersikap egois terhadapku. Bahkan rasa ego mereka jauh lebih besar dari pada rasa kepedulian mereka terhadap satu sama lain. Lalu apakah aku salah? Jika nyatanya aku terlalu mencintai diriku sendiri? padahal dalam kodratnya Tuhan diberikan hak bukan? Hak untuk hidup, hak untuk tumbuh, hak untuk dewasa, hak untuk memilih dan hak untuk menjaga diri sendiri. bahkan kau sendiri mengatakan jika kau menyukai 'Love Yourself'.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're a Little Late (Sad Story Jintae) END ✓
Fanfiction[Sequel dari buku pertama 'If You're a Little Late']✓ 'Aku adalah V, namja penggoda dengan gairah penuh dan panas, dengan nama jalang yang telah aku sandang selama ini. Katakanlah aku menyimpang, katakanlah aku adalah sesuatu yang buruk. Tapi kenap...