a period of time, but the devil's path continues (21)

89 16 6
                                    

"Memang benar jika manusia itu pengecut, mereka tidak salah. Pada dasarnya rasa itu ada lantaran manusia punya hak takut. Mereka lari di saat mendesak dan bahaya, jika mereka menghadapi makan akan mati. Ada kalanya mereka paham akan sebuah batasan kemampuan. Takut akan kematian itu pun juga wajar."

(Author ***** POV)

Jika malam tidak pergi mungkin dia akan malas bangun dan menghabiskan tiga jam lagi untuk tidur. Jam weker berbunyi dan waktu menunjukkan pukul enam pagi, dia ingin menjadi anak ayam yang malas di bawah dekapan selimut. Tapi kenapa pagi datang begitu cepat sampai dia tidak bisa memejamkan mata lebih lama lagi.

Semakin lama dia mengabaikan deringan jam weker itu semakin keras pula suaranya berbunyi. "Aiiissshhh... Iya iya aku bangun, aku bangun!" Bentaknya pada benda kecil yang melakukan tugasnya sejak dia dipakai. Begitu mudahnya tangan itu melempar jam weker bergambar keropi hingga tutupnya lepas.

Sudah tenang tidak ada bunyi tapi namja muda itu masih terkantuk dengan kepala hampir membentur lantai. "Astaga V kenapa kau tidak bangun, dan lihat apa yang kau lakukan. Kau melempar jam weker mu? Bukankah kau baru saja membawanya ke reparasi?" Ayahnya datang dengan spatula di tangannya. Dia melihat anaknya yang seperti gembel perantauan.

V membuka matanya terkejut saat dia mendengar ucapan sang ayah. "Omo ya! Apa yang aku lakukan?!! Jam, jam weker mu?! Ti-tidak mungkin, apa yang aku lakukan huhuhu astaga maafkan aku katak kesayangan, astaga kenapa ini bisa terjadi padamu sayang huaaaaaa appa, bagaimana ini. Bagaimana bisa katak ku huaaaaaa, appa..."

Ayahnya menimpuk kepalanya sendiri untuk menghilangkan rasa pening akibat kekacauan yang dibuat sang anak. Dia memutuskan untuk turun dan menutup pintu kamar, seperti biasa tak ada lagi yang damai karena sifat sang anak tak pernah berubah. Dia seperti anak kecil dan terkadang menjadi namja yang sok nakal di klub.

"Astaga kenapa bisa aku membesarkan anak sepertimu. Kau yang merusak dan kau yang menangis, dasar!" Ayahnya mengulum senyum tapi dia juga tidak bisa memungkiri bahwa anaknya sungguh lucu.

Suara penggorengan membuat pria status ayah itu menoleh dan menemukan punggung seorang namja yang terampil dalam meracik masakan. Rupanya saat dia naik tangga tercium bau telur itu darinya, dan bukan tetangga nya. Dia merasa bahwa keahlian tamu yang menginap itu lebih baik ketimbang dirinya.

"Aku pikir tetangga yang memasak, rupanya kau koki sebenarnya." Dia berdiri di sampingnya dan mengulas senyum itu. Sementara Seokjin dia fokus dengan telur tak lupa membalas senyuman pria di sampingnya. Mereka sedikit canggung tapi hal itu tidak membuat Seokjin nampak sebagai orang asing.

"Apakah anda mau, aku akan membuat omelet untuk kita bertiga." Tawarnya dengan tangan lihat membuat telur gulung itu melayang, dia membuat makanan itu seperti sebuah kertas dilipat. Sang pemilik rumah mencium masakan khas bintang lima itu dengan lapar, dia merasa bahwa selera makannya naik cepat. "Boleh jika itu tidak merepotkan mu, aku senang bisa mencicipi masakan yang sepertinya makanan restaurant." Pujinya tulus dan dia memasukkan sayuran dalam wajan untuk di tumis.

Seokjin memasukkan telur yang sudah di aduk ke dalam telfonnya. Dia juga menambahkan sedikit madu karena dia suka, "aku tidak sehebat itu paman. Aku belajar dari YouTube. Hanya mencoba dan tidak sehandal yang paman kira." Dia memang tidak bersekolah memasak tapi hobby adalah salah satu dimana dia bisa melampiaskan kepenatannya.

"Kau belajar sendiri sudah sebagus ini bagaimana kalau belajar dari ahlinya. Bisa saja kau menjadi chef terkenal." Dia tertawa dengan hangat, dia merasa bahwa bertemu dengan orang yang punya kepribadian hampir sama membuat setitik bahagia dalam hati.

"Hahahaha, ya semoga saja itu terwujud karena aku suka makan ketimbang masak. Jika aku punya usaha makanan aku akan makan ketimbang membuat karena ada karyawan." Mengedipkan sebelah matanya, dia terbiasa melakukan hal itu sebagai sebuah pemanis kepribadiannya. Memang sejak dulu dia punya mimpi dan itu sederhana tidak serumit manusia lain yang ingin menjadi raja dan berkuasa.

You're a Little Late (Sad Story Jintae) END ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang