Answer (3)

803 63 14
                                    

(V **** POV)

'Semua terjadi begitu cepat hingga aku tak mampu berpikir, bahwa sebenarnya apa yang aku lakukan saat ini?'

Mendadak tanganku tak sanggup memberontak, tak sanggup bergerak seperti kehilangan sebuah daya. Begitu menguras energi, sepertinya terbuang percuma lantaran apa yang kulakukan selalu menghasilkan sama saja. Ya, dengan akhir yang pasti kalian tahu akan apa jawabannya.

Ah, aku jadi ingat saat aku dan appaku mengobrol bersama, menghabiskan waktu di malam pergantian musim kala itu. saat itu aku penasaran seperti apa eomma dan masa kecilku, memang aku adalah seseorang yang penasaran akan suatu hal. Dan aku memiliki kelemahan, aku lupa dengan segalanya, bahkan aku lupa bagaimana memori kanak-kanakku. Saat itu yang aku dengar dari mulut Appa aku terkena demam berdarah, yang membuatku harus terbujur lemah di atas ranjang rumah sakit selama berminggu-minggu.

Dan appalah yang menjagaku dan merawatku ketika sakit, bukan hanya itu saja appa juga memanjakanku apalagi dia akan memberikanku perhatian lebih. Ya, semenjak aku tak mempunyai eomma hanya appa disampingku, hanya dia yang menjadi penyemangatku dan hanya dia satu-satunya orang tua yang aku miliki.

Tapi...

Bisakah aku meminta bantuannya kali ini?

Aku sudah tidak sanggup menahan dan memberontak. Tubuhku terasa berat saat dengan kurang ajarnya orang gila diatasku hendak melakukan sesuatu. Sesuatu yang aku benci namun aku lakoni karena tuntutan kerja, bukan hanya itu saja. Aku benci dengan yang namanya pemaksaan, apalagi dia....

Seorang namja dengan tatapan tajam juga wajah nafsunya yang terus mengukungku, membuat diriku semakin sesak. Merasa tak sanggup melawan dirinya yang begitu kuat seorang diri. Dalam otakku aku ingin membentak dan berteriak, 'kenapa aku tidak kuat! Bukankah aku seorang namja. Dan seharusnya aku melawannya bukan?! Dan bukannya pasrah seperti ini!'

Hatiku memberontak, bibirku terus berteriak tidak mau. Tanganku bergerak brutal enggan dan juga kebencianku terhadap namja asing gila yang menganggap diriku adalah Kim Taehyung semakin meninggi.

Oh, benar aku lupa siapa aku. Bahkan aku berpikir mungkin dia sama dengan yang lainnya, menganggap kami hanyalah sebuah mainan penghilang rasa nafsu dan juga manusia dengan gelar 'sang penggoda.'

Aku tidak tahu harus apa...

Mendadak kepalaku pusing...

Aku tak mau merasakan rasa sakit ini...

Sungguh menyiksa...

Aku juga tidak mau dipaksa, aku tak menyukainya...

Aku tak suka jika orang menganggapku rendahan, meski memang aku adalah orang yang paling rendah.

Menganggapku sebagai namja pelacur adalah hal biasa bagiku, karena kuterima konsekuensinya jika memiliki pekerjaan ini.

Tapi kenapa ini berbeda? Saat dia melakukannya rasa begitu familiar, dengan rasa sakut dan kebencian besar dalam diriku. Seolah aku pernah merasakan sakitnya.

Bukan hanya itu kenapa juga tubuhku makin lemah makin melemah, awalnya aku memberontak secara membara dan menggebu. Tapi kenapa justru rasanya sangat. Entahlah... hanya saja aku merasa pasrah. Bahkan aku, hanya sebatas menutup kelopak mataku kala kedua tangannya. Ya, seperti kalian duga, aku tidak ingin menjelaskannya karena kupikir kalian memiliki jalan pikiran yang sama denganku.

Aku tak tahu....

Dan aku tak ingin tahu...

Tapi aku harap empat jam terlewati...

You're a Little Late (Sad Story Jintae) END ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang