1989 (14)

124 15 2
                                    

"Tak ada yang unik tak ada yang pasti, hanya sebuah misteri bagaikan prasasti. Menggemparkan tapi tidak mendunia, hanya segelintir orang tahu bagaimana menakjubkannya sesuatu."

(Author ***** POV)

1989

Bukan tahun kelahiran juga bukan nomor belakang ponsel, itu adalah kode dimana seorang Kim Seokjin menuliskan seluruh hidupnya pada angka itu. Dia beranggapan bahwa angka itu adalah keramat dan juga cantik. Anggapan gila mengenai bagaimana bisa ada orang yang begitu mencintai angka ketimbang kekasih.

Dengan menghisap rokok di tangannya hingga kepulan asap keluar dari mulutnya, candu akan nikotin dan rasa dari asam asap disana. Juga tembakau yang menyeruak dan bisa saja membakar bagi mereka yang tak biasa menggunakannya. Dia tidak akan menggunakan cerutu karena itu kuno dan merepotkan. Dengan santai dia melihat luar rumah dari atas balkon dengan bagian tubuh atas tanpa memakai benang pakaian.

Begitu juga dengan celana yang terpakai asal, kakinya dingin tapi dia tidak peduli dan bau keringat sisa pemanasan diatas ranjang tadi adalah salah satu bukti bagaimana dia cukup lama disana. Seorang gadis tengah tertidur terlelap di bawah selimut yang dia pakai, dan Seokjin tentu saja akan mengusirnya subuh besok. Mengusir dengan cara halus juga merayu agar mendapatkan bayaran lebih.

Dia butuh uang selama dia bernafas di dunia, dan tidak tahu jika kehidupannya menciptakan gunungan dosa yang teramat besar. "Aku sudah menduga kau akan melakukannya, bekerja di malam Minggu yang mendung." Kedatangan Yoongi memang mendadak tapi pemilik rumah tetap tidak mempermasalahkan nya.

Hanya saja dia terbilang cukup berani mengomentari hal fulgar sekalipun. "Kau bermain dengan wanita berdada kecil, selera mu payah!" Serunya dengan menerima satu buah rokok dari bungkusnya, dia mendapatkan gratisan jika berkunjung disini dan Seokjin tak pernah pelit.

"Bagaimana lagi, justru kebanyakan dari mereka wanita kaya." Memang tak di pungkiri jika dia bosan akan sesuatu yang sama, candunya bisa saja parah dan untuk sekarang terlambat jika dia menyembuhkan diri di psikolog. Padahal dulu dia ada di bidang sana, sungguh kebodohan teramat sangat jika dia terjebak pada hubungan biseks.

"Kau kaya dan aku senang, tapi kapan kau akan menikah dan menetapkan satu pilihanmu pada satu wanita. Dengan begitu nafsumu akan terkontrol dan kau akan menghasilan anak." Yoongi memang suka realistis dan pandangan ke depan lebih maju, walau dia mengatakan itu dengan canda tetap saja akibatnya masih terngiang sampai hendak tidur. Tak ada yang salah dengan apa yang dia katakan, hanya saja Seokjin masih belum ingin.

Entah kenapa.....

"Kau kan tahu aku, sama sekali belum menemukan tipeku. Lagi pula tak ada keluarga yang menuntut jadi aku santai. Aku masih ingin party." Kebiasaan buruknya kambuh dan membuat Yoongi menunjukan wajah masamnya. Beruntung dia tampan makanya tak ada yang berani protes akan ucapannya, tapi selain tampan keduanya juga brengsek dan bajingan karena tidak pernah serius dengan wanita.

Keduanya hanya menganggap bahwa dunia nakal adalah suatu bentuk kesenangan bagi mereka penyuka kebebasan. "Aku senang kau tidak berfikir bahwa kau itu akan jadi lajang seumur hidup. Biasakan dirimu membuka hati agar ada yang masuk dan bisa membuatmu lebih bahagia." Yoongi akan masuk golongan orang bijak jika mengatakan hal seperti ini setiap hari.  Tapi dia akui dia khawatir dengan keadaan Seokjin yang justru sekarang baik-baik saja.

Yoongi menghisap racun dan dia tidak peduli, hafal bahwa satu rokok membunuh satu lubang paru-paru. Merasa bahwa tanpa rokok lidahnya akan gatal membuat dia menghadapi candu itu dengan melakukannya setiap hari. Berbeda dengan Seokjin yang akan melakukannya di saat senggang saja. Karena merasa tidak nyaman dengan sekitar membuat Yoongi mentertawakan jalang yang tengah pulas disana.

You're a Little Late (Sad Story Jintae) END ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang