"Tengah malam, bahkan untuk keluar pun harus menunggu waktu yang tepat. Seperti senja yang butuh waktu untuk tenggelam."
(Author ***** POV)
Gelagat aneh ketika kakinya melangkah pulang, Yoongi seperti diawasi dari belakang oleh seseorang. Dia menoleh kemanapun sesuai jangkauan kedua matanya tapi anehnya dia hanya melihat beberapa orang sibuk dengan urusan masing-masing. Duduk di dalam kereta listrik dengan tenang sembari mendengarkan musik di earphone.
Dengan erat dia memegang tali tas tengah di pakai sembari mengeluarkan secarik kertas dan selembar foto di dalam sakunya. Ada tanggal di pojok bawah itu dan mengingat hal apa yang penting dari setiap tanggalnya.
Buntu.
Yoongi hanya bisa mendesah frustasi sembari menunggu dirinya sampai di halte. Seharusnya dia pulang dua jam yang lalu tapi di tengah kota dia mengalami macet dan harus ketinggalan kereta karena terlambat. Mana bisa Yoongi menghentikan masinis, bisa-bisa dia yang mati tertabrak benda besi tercepat itu.
Yoongi penasaran untuk apa mereka datang kesana, Seokjin tanpa beban merangkul Taehyung. Sementara Taehyung dia seperti menciptakan wajah yang bisa dibilang keberatan akan suatu hal. "Mengherankan, kenapa Tae tampak tidak nyaman. Apakah ada sesuatu disana?"
Di belakangnya juga ada senjata dan kardus berisi benda misterius. Berfikir bahwa di dalamnya pasti sejenis obat-obatan narkoba. Otaknya terlalu ekstrem hingga memiliki pemikiran gila seperti ini. Diambil satu tahun lagi dan kira-kira seminggu sebelum tragedi mengerikan itu terjadi.
Namun suasana tegang dalam pemikirannya pecah saat sering ponsel dalam sakunya mengejutkannya. Tulisan pada layarnya terdapat nomor yang tak diketahui, membuat Yoongi mengabaikannya dan memilih untuk memperhatikan masalah di depannya. Belum dua menit dia bisa duduk dengan ketenangan, tapi ponselnya sudah berisik.
Terdapat empat kali panggilan dalam nomor yang sama.
Banyak sekali panggilan mendesak dan menuntut untuk segera ditanggapi, suaranya membuat dengungan kedua telinganya terganggu. "Aissshhh... Siapa yang terlalu memaksa ini!" Berdecak sebal dan membuat si pemilik ponsel langsung berseru lantang.
Salah seorang pengunjung wanita di sampingnya menatap tajam dengan gelengan kepala kecilnya. Masa bodoh memang jika orang lain tak nyaman dengannya. Ini fasilitas publik jadi dia bebas melakukan semuanya selama tidak merugikan pihak siapapun.
"Halo, ini siapa?" Dia tahan rasa kekesalan itu tapi wajahnya masih sebal menatap foto di depannya. "Kau Yoongi bukan? Aku V jika kau ingat." Cara bicara yang cepat dan dingin, Yoongi tentu saja langsung tahu hal itu. Sejujurnya dia tidak menyukai V karena pada dasarnya namja itu cukup menyebalkan. Tatapannya dia edarkan ke sekitar, tak ada yang mencurigakan.
"Untuk apa menelfon ku dan dari mana kau dapat nomor ponselku?" Dingin dan acuh sementara Yoongi menelan ludah saat dia merasa kerongkongan kering.
"Aku ingin bertemu denganmu, dimana kau dan jangan ingin tahu aku dapat darimana." V sangat mendikte dari segala ucapannya, harus tanpa ada perlawanan dan membuat namja sipit itu merasa disengaja untuk tenggelam dalam pemaksaan. "Aku tidak bisa aku sedang ada urusan, besok saja jika kau ingin bertemu." Suaranya melirih dan tatapan tak nyaman ada di balik maniknya, tak sengaja melihat seorang yang seperti jatuh menelisik dirinya.
Langsung saja Yoongi berdiri untuk mencoba menghindari seseorang itu. Tak lupa tudung jaket dia gunakan untuk menyembunyikan wajah dinginnya, Yoongi mencoba berpindah tempat di ruang lain tapi tangannya sama sekali tidak berubah dari posisinya. "Aku tidak mau tahu dan jangan beralasan aku mau kau menjelaskan soal Kim Taehyung!"
KAMU SEDANG MEMBACA
You're a Little Late (Sad Story Jintae) END ✓
Fanfiction[Sequel dari buku pertama 'If You're a Little Late']✓ 'Aku adalah V, namja penggoda dengan gairah penuh dan panas, dengan nama jalang yang telah aku sandang selama ini. Katakanlah aku menyimpang, katakanlah aku adalah sesuatu yang buruk. Tapi kenap...