Abstrak (5)

537 53 9
                                    

(Author **** POV)

"Ck!!!"

Menyibakan selimut tebal itu dengan kasar. Bibir yang mencebik sebal ditambah rambut yang sedikit berantakan. Tak peduli betapa kusutnya dia.

"Dasar sialan, aku tidak bisa tidur!!"

Menggerutu meski tak berguna. Memang pada kenyataannya, mata panda itu menunjukan semuanya. Di balik wajah tampan yang nyatanya condong ke cantik itu terlihat benar-benar kusut. Bagaikan baju yang tidak di setrika.

"Aishhh... kenapa aku harus memikirkan hal yang memurahkan begitu. Lebih baik aku sarapan!" lagi-lagi menggerutu, mungkin rasa sebal masih melekat dalam sifatnya.

Tap...

"APPAAAA!! APAKAH SARAPANNYA SUDAH MATANG??!"

Itu V, suaranya mendominasi pagi ini. membuat pria dengan spatula yang sibuk mengaduk telur dadarnya itu menengok sebentar sembari mengulas senyumnya. Tak ayal jika kebiasaan sang putra tercinta seperti itu.

"SEPERTI BIASA V, APPA SELALU TEPAT WAKTU. TURUNLAH DAN MAKANLAH, APPA MENYELESAIKAN MAKANAN PELENGKAP."

Sang appa ternyata tak kalah keras menjawab keluhan lapar sang anak. sembari mengucek kedua matanya V melangkah kakinya pelan, menuuruni tangga rumahnya. Tercium bau aroma lezat dari masakan sang ayah, membuat bunyi keroncongan kian menjadi di perut V.

Ingin rasanya V cepat sampai dan mengisi perutnya dengan nasi goreng yang ia tebak melalui bau masakan sang ayah.

"Omo, akhirnya aku makan makanan yang layak." Sungut V penuh semangat, tersenyum senang sembari memegan sendok dan garpu di tangan kanan dan kirinya.

Disusul sebuah telur mata ceplok yang dimasak setengah matang. Membuat kedua mata V berbinar bahagia. saat tangan kanannya bergerak hendak mengambil satu sendok masakan sang ayah.

"Memangnya selama ini kau makan tidak layak, hah?"

"Appa tahu, aku bekerja setiap malam. Dan hanya meminum alkohol, meski aku tahan. Tapi tetap saja anakmu yang tampan ini membutuhkan asupan makanan yang layak."

"Ppali... kalau begitu makanlah yang banyak. Appa akan siapkan semua masakan jika kau mau. Lagi pula appamu ini jago memasak, hem.."

"Aku tahu, makanya appa adalah favoritku. Appa, kau punya bawang goreng?"

"Appa punya satu toples, cha... makanlah! Agar kau cepat gemuk."

"Tidak akan appa, aku sudah terlahir dengan tubuh seperti ini. lagi pula kalau aku gemuk, V tidak akan punya penghasilan dari om-om bodoh disana." V melahap makanannya begitu semangat. Meski terdengar tak jelas, untungnya sang ayah paham akan ucapan sang anak.

Mendengar celoteh putranya, sang ayah hanya tersenyum. Cukup bingung dengan jawaban yang ia berikan. Ia hafal betul bagaimana sifat putranya, karena V begitu dekat dengannya.

Ya, sangat dekat....

Entah kenapa ada raut wajah di balik menikmati makanannya, sesekali menatap langsung anaknya yang tengah menikmati makanannya. Disanalah ia melihat V yang bahagia dengan masakan buatannya. Namun, tanpa ada yang tahu ada sebuah ucapan dalam hatinya...

Ucapan yang,

.

.

.

Sejujurnya Yoongi malas meneladeni namja disampingnya. Lebih baik dia mengotak-atik mesin mobilnya. Meski begitu namja dengan kelopak sipitnya itu juga tak tega untuk mengusir namja berbahu lebar yang sialnya menjadi sahabat karibnya.

You're a Little Late (Sad Story Jintae) END ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang