Move (20)

93 12 0
                                    

"Ingin membuat diri sendiri hancur lebur sama seperti pasir tersembunyi di dalam kaca. Mereka kasar tapi gerakannya cukup cepat hingga nampak dengan jelas bahwa waktu tidak hanya digunakan pada mesin saja. Berpindah dari tempat satu ke tempat lainnya, lalu apakah kau bisa sesabar waktu? Saat dia hendak menuju ke angka satu hari penuh."

(Author ***** POV)

"Aku tidak akan pergi jika kau tidak mau menjawab pertanyaan dan mengatakan hal yang aku anggap penting ini." Jungkook berbicara serius walaupun dia naif. Yoongi merasa bahwa pembahasan kali ini tidak akan berguna jika namja muda di depannya ini juga tidak mengerti.

"Aku jelaskan pun pemikiran mu akan sama, sudut pandang kita berbeda. Jangan salah kaprah karena kau sama sekali tidak akan memahaminya."

"Aku akan membayar jika kau tidak bungkam. Aku bertemu dengannya, Kim Taehyung. Apakah dia masih bersama kakakku?"

Beban!

Yoongi berharap jika dia bisa menghindari pertanyaan ini, sudah cukup dia untuk berbohong banyak hal. Andai kata dia berkata jujur pasti Seokjin tidak akan menyukainya, Jungkook berbeda dengan yang dulu. Sekarang dia lebih kejam, walaupun Seokjin pernah membunuh manusia tapi Jungkook dia membunuh hewan yang sama sekali tidak berdosa dan tak bisa melawannya.

Bukankah lebih kejam?

Atau memang kedua kakak beradik ini memiliki dominasi sendiri?

"Sampai kapanpun pertanyaan mu tidak akan aku berikan jawabannya Jungkook." Yoongi bisa lebih dingin dari sebuah bayangan hitam. Yoongi juga tidak bisa kalah begitu saja dengan mood Jungkook yang bisa dikatakan buruk. Jika dia tidak sabaran mungkin saja dia akan seperti ayahnya Taehyung.

Dalam keadaan ini pun dia malah ingat, bagaimana dulu dia sempat dihajar setengah sekarat. Jika bukan karena Seokjin datang tepat waktu dia bisa menjadi kerangka manusia.

"Aku memaksamu Yoongi Hyung!"

Dipukulnya dengan keras meja di sampingnya, gebrakan yang berasal dari kepalan tangan itu membentur hingga tangan itu terluka dan lebam. Yoongi melirik dengan wajah kelewat santai dan membatin sejenak. Dirinya memaksa tubuhnya agar bangun secara perlahan walau beberapa detik yang lalu sempat terhuyung ke samping hampir jatuh. Bangkit dengan posisi tegap tapi bibirnya miring meringis dengan tambah menutupi bekas rasa sakit tertinggal.

"Mana bisa kau memaksaku!" Tangan itu dia hempaskan, membuat Jungkook melongo sebentar. Gerakan kaki Yoongi memutuskan untuk pergi agar harinya tidak terganggu, hanya saja pukulan di pipinya langsung dia dapatkan setelah helaan nafas brutal itu dia dapatkan. "Jangan permainkan aku Yoongi Hyung, aku bisa saja menghajarmu sampai kau mau menjawab pertanyaan ku!"

Jungkook mengancam dan ini bukan sesuatu yang bisa dipermasalahkan menurutnya. Hanya saja dia tidak suka dengan cara pengecut namja muda itu.

"Meski aku mengatakan kebenaran padamu kau juga tidak akan pernah paham. Harus sampai kapan kau bisa mengerti keadaan ini?" Ingin meledak dengan pikirannya jika saja ini bukan tempat yang sepi dia akan membuat kekacauan besar.

"Jangan bilang kalau kau dan Jin hyung kerjasama! Aku bingung dengan apa yang akan kalian lakukan terhadapku! Jangan bilang kalian benci denganku?!" Alis kirinya terangkat dan satu hal yang pasti adalah saat dia hendak memukul Yoongi, tapi namja mata sipit itu sudah meloloskan pukulannya dengan telak.

Yoongi terbentur di bagian belakang kepalanya.

"Ungkapan bodoh, seharusnya kau sadar bahwa kau menganggap kami jahat itu salah. Coba tanyakan hatimu sekali saja, mengerti pada kakakmu apakah mungkin?" Yoongi ingin sekali membuat keajaiban dalam satu malam. Ingin sekali dia melihat keadaan Yoongi yang jungkir balik seratus delapan puluh derajat dari kesalahannya. "Bagaimana bisa aku mengerti dengan keadaan kakakku. Lalu Taehyung dia perusak, aku tidak akan bisa memaafkan dirinya!" Biarkan saja dia dianggap tak waras. Realitanya dia tak bahagia dengan masa lalunya.

You're a Little Late (Sad Story Jintae) END ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang