"Tidak perlu jadi emas untuk menjadi yang terpenting. Cukup memahami orang lain maka mereka juga memahami kita. Aku butuh keluarga, bukan orang yang hanya menginginkan rasa senang semu."
(Author ***** POV)
Seokjin turun dari tangga dengan cepat, saat dia melihat bayangan seseorang disana. Membawa sebuah tongkat bisbol sebagai senjatanya. Dia sadis, bisa lebih dari itu karena nyalinya yang besar.
"Siapa kau, kenapa berurusan dengan orang yang salah." Wajahnya kesal dengan bibir terkatup marah, kedua tangan itu mengepal dengan erat. Sampai akhirnya dia melihat bagaimana bayangan disana menghilang di balik pepohonan besar. "Sial, seharusnya aku tembak saja dari atas sana." Sedikit menyesal karena dia tidak menggunakan langsung keberingasannya.
Mengingat keadaan V semakin memburuk membuat dia mendecih keras. Dia juga memanggil salah satu orang kepercayaannya untuk segera datang ke tempat, dia butuh orang itu untuk pertanggung jawaban sekarang juga.
"Semoga aku tidak terlambat, bagaimana kalau Taehyung-"
Deg!
Sial!
Nama Taehyung tersemat dengan jelas membuat seluruh badannya membeku. Nama Taehyung terngiang dalam benaknya, membuat semua masa lalu itu seperti film hitam putih sekarang. Dulu kehilangan seorang adik, lalu manusia lain telah membuat ulah padanya.
"Jika aku tahu siapa dia, aku akan menghancurkan kepalanya!" Bentaknya dengan keras, dia juga membanting tongkat itu. Sudah cukup dia berlari.
Kata orang takdir sudah digariskan Tuhan. Lalu kejadian ini merupakan sebuah takdir?
"Dokter tolong saya, adik saya terluka dok!" Teriakan seseorang dengan langkah kaki membentur lantai. Para pria berjas putih menoleh ke arahnya dan melihat wajah seseorang yang kesal penuh ketegangan. Sementara di belakangnya seorang pria berjalan tergopoh-gopoh menghirup udara banyak-banyak.
Seokjin telah gagal mengejar manusia yang dia yakini sebagai penyebab seseorang tengah dia gendong tak berdaya. Jatuh tak sadarkan diri dengan kedua mata terpejam, masih beruntung karena dia merasakan nafas keluar dengan semestinya. Tetap saja luka di kepala itu juga tidak boleh di biarkan.
Di sini cukup terpencil dan membuat dia harus membanting beberapa kali klaksonnya untuk ngebut di jalan. Beberapa suster kurang responsif di sini, apalagi gedung ini penuh dengan orang sakit. Membuat Seokjin menggeleng tidak percaya dengan sekarang.
"Sebaiknya kita bawa dia langsung ke ruang perawatan, jangan biarkan anakku buruk nak." Pria di sampingnya memohon, kedua mata itu memicing. Dia mengangguk dan mengatakan bahwa semua baik-baik saja dengan langkah kaki langsung menerobos ke lorong.
"ASTAGA APAKAH DISINI DOKTER SEDANG TIDUR, SIAPAPUN TOLONG KAMI ADIKKU TERLUKA!"
Melihat ada suster yang membuka ruang perawatan di sebelah tanpa aba-aba dia langsung membawa masuk V ke dalamnya. Seokjin hampir terjungkal jika dia tidak bertopang pada sebuah dinding dekat dengannya. "Apakah kau bisa membantu kami, adikku terluka. Kumohon tolong-"
Dia diam saat semua orang dalam ruangan disana menatap terkejut. Seokjin menelan ludah dengan kedua bola mata yang membola, dia gagal fokus saat melihat seorang wanita hamil sedang mengamatinya. Tunggu! Wanita hamil! Dan dia sedang menjerit tidak karuan tadi.
"Apa-apaan kau, kenapa masuk sembarangan kesini. Kau tidak tahu bahwa sedang persalinan!" Dokter wanita berteriak, dia melihat namja disana memerah pipinya karena malu. Itu wajar karena dia salah masuk kawasan. "Ma-maaf tapi aku kira kalau suster tadi mempersilahkan aku masuk." Dia menyengir, menampilkan gigi putihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're a Little Late (Sad Story Jintae) END ✓
Fanfiction[Sequel dari buku pertama 'If You're a Little Late']✓ 'Aku adalah V, namja penggoda dengan gairah penuh dan panas, dengan nama jalang yang telah aku sandang selama ini. Katakanlah aku menyimpang, katakanlah aku adalah sesuatu yang buruk. Tapi kenap...