Sorry for typo, happy readings...
"Ini apa kak?" Tanya seorang gadis—ratih namanya, pada seorang pemuda yang sedang di hadapan nya itu.
"Buka aja" jawabnya
Gadis itu nampak membuka sebuah kotak kecil, dan betapa terkejutnya ia saat menemukan sebuah liontin cantik berbandul bintang.
"Ini buat aku kak?"
Pemuda itu mengangguk, "suka?" Tanya nya "itu khusus buat orang yang aku sayang, sini aku pakein" lanjutnya.
Ratih tak bisa berkata-kata lagi, pipinya bersemu merah. Tak menyangka, bisa sedekat itu dengan kakak kelasnya itu.
Yah, pemuda itu Reno.
Kisah Ratih dan Reno berawal dari masa putih abu-abu. Dimana Reno menyukai sang adik kelas yang baik hati seperti Ratih.
Reno mulai memakaikan liontin ke leher putih Ratih. "Nah, cocok sekali. Cantik" ucap reno
"Makasih kak" Ratih dengan senyum mengembang, kemudian memeluk Reno.
"Sialan!" Ujar seseorang dari balik tembok, menyaksikan kisah cinta orang yang di cintai nya.
Orang itu mengepalkan tangan nya, tersirat emosi yang ingin ia ledakkan.
"Aku gak akan biarkan mereka bahagia" ucap nya.
.
.Pernikahan Reno dan Ratih di adakan setelah Reno lulus kuliah, dan Ratih masih berstatus mahasiswi.
Setelah menikah Reno mengemban tugas sebagai CEO. Ia menjalankan salah satu bisnis yang telah di rintis dari bawah oleh Hendra—papa nya.
Hingga perusahaan yang semakin besar, dan ia berada di urutan paling atas sebagai pengusaha sukses di usia yang terbilang masih muda.
Reno sangat bersyukur dan bahagia menikah dengan perempuan baik seperti Ratih, bahkan sang istrinya—ratih telah memberi nya tiga malaikat untuknya.
Reno tersenyum cerah kala ingatan sang anak yang selalu sukses membuat rasa lelahnya lenyap ketika pulang kerumah, apalagi dengan bau harum masakan Ratih setiap harinya. Terlihat seperti keluarga kecil yang harmonis.
Namun lamunan nya buyar ketika seseorang masuk keruangan nya.
"Permisi, ini berkas yang harus bapak tanda tangan" ucap sekretarisnya dengan menyerahkan sebuah map berisi dokumen.
"Ah, aku belum setua itu untuk kau panggil bapak. Run" ujar reno, matanya masih membaca berkas di hadapan nya.
"Lalu harus kupanggil apa?"
"Abang, kalo lg berdua kamu panggil Abang aja. Kan kita sudah kenal lama, kamu juga sahabat istri saya—ratih"
Aruna—perempuan itu tersenyum sinis saat kata terakhir di ucapkan Reno.
Drt Drt Drt
Ponsel Reno bergetar, menandakan panggilan masuk—seketika sudut bibirnya terangkat saat nama sang istri berada di layar.
"Hallo sayang"
"Hallo mas, mas pulang jam berapa? Mau di masakin apa nanti malam?" Tanya sang istri di seberang telepon.
"Sebelum Maghrib mas pulang, apa aja sayang masakan kamu selalu pas dengan lidah aku" jawabnya, "ah iya, gimana Abi panas nya udah turun?" Reno ingat, semalam putra bungsunya itu rewel karena demam.
KAMU SEDANG MEMBACA
HASBINAKA
Teen Fiction"Bun, Abi udah ketemu ayah" "Gak nyangka abi juga ternyata punya abang"