18

8.1K 757 46
                                    

Sorry for typo, happy reading..



Pagi-pagi sekali kediaman keluarga Sanjaya sudah heboh bak pasar Minggu. Pasalnya hari Sabtu ini mereka tengah bersiap untuk berwisata, menyegarkan diri dari padatnya kegiatan yang akhir-akhir ini membuat pening.

"Yah, kepantai aja" ujar restu sembari memasukan segala perlengkapan wisata nya.

"Ogah, gunung lebih enak. Adem" Arga yang tak begitu suka panas akhirnya angkat suara.

Sedangkan Abi, dia terlihat malas. Ia lebih memilih rebahan dikamar sambil nonton padahal. Malas membuang energi. Mager intinya mah, paham kan kalian?

Tapi emang dasar dua abangnya itu, kurang ajar sekali. Lagi asik menyelami mimpi berkencan bareng mbak suzzy malah dipaksa bangun dengan tidak elitnya.

Mereka dengan sengaja menarus jam wekker dekat telinga Abi, alhasil dengan spontanitas ia bangun dan terjengkang dari ranjang nya. Menjadi bungsu adalah ujian terberat, selalu jadi bulan2 kejailan para Abang laknat nya.

Reno disana bagian mengkonfirmasi saja, perihal keputusan jelas ia lebih berpihak pada anak bungsunya.

"Kalian kalo belum tau mau kemana, mending aku balik kamar aja, tidur" ujar Abi hendak bangkit dari duduknya, namun ditahan restu.

"Eh jangan dong dek, Lo kan Abang tertua. Ngalah dong bang pliss... Urusan panas, Lo kan bisa pake sanblok. Jaman udah modern, jangan kuno bang"

Arga mengehela nafas pasrah, nasib jadi anak yang lahir duluan. Selalu di tuntut ngalah buat adek2nya, tapi gak papa yang penting adiknya bahagia.

"Yodah kita kepantai aja" final Arga.

Abi meluruhkan bahunya, besar harapannya kalo Abang pertama nya itu memilih tidak pergi kemana pun. Tapi kini sia-sia sudah.

.
.
.
.

Sesekali ia melirik jam yang berada di pergelangan tangan nya. Sudah sejam yang lalu dia mengamati rumah besar yang ada di hadapannya.

"Kapan sih mereka keluar, ini weekend gak mungkin kan mereka ngurung diri di rumah sampe Senin dateng" gumam Toni.

Pemuda itu tampak gusar di dalam mobil, harus hari ini ia bersantai di dalam kamarnya. Tapi itu hanya khayalan, ibunya pagi sekali membangunkan nya hanya untuk memata-matai keluarga Sanjaya.

Entahlah ia sudah tak paham lagi dengan sang ibu, maka nya dari pada memperpanjang masalah lebih baik ia nurut.

"Nah itu mereka keluar juga" gumam Toni, dan menjalankan kemudi nya mengikuti mobil depan.

Sementara di mobil depan, Abi duduk di belakang dengan restu, sedang Arga di depan menemani ayah yang menyetir.

Opah sedang ada urusan diluar kota, jadi beberapa hari ini ia tak ada dirumah seperti biasanya.

Arga menengok ke kursi belakang, dapat dilihat Abi sedang memejamkan matanya.
Sedang si restu asik memainkan ponselnya, mana sambil senyum-senyum lagi.

Reno sedang memfokuskan menyetir, hingga kemudian suara anak pertama nya terdengar.

"Kemarin hasil check up Abi gimana yah?" Arga sedikit memelankan suaranya, namun masih terdengar oleh telinga restu. Ia langsung beralih pandang dari ponsel ke depan, tempat Abang dan ayahnya.

Reno tampak berpikir sebelum menjawab, ia melirik sekilas ke kaca melihat keadaan abi di belakang, di rasa aman akhirnya ia berdehem pelan.

"Ehkem, kata om Juna Abi baik-baik aja. Asal dia rajin minum obat sama terapi. Tapi kalo sekali aja dia gak minum obatnya mungkin keadaan nya bakal buruk. Dan tolong ya kalian jaga baik-baik jangan sampai dia kelelahan, karena itu juga berdampak buruk nantinya buat Abi" jelas Reno pada kedua anaknya

HASBINAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang