38

7K 379 51
                                    

Mereka berdua tengah menatap sosok yang terbaring dengan berbagai macam alat di dalam sana dengan mata yang berkaca-kaca, di karena kan belum memasuki jam besuk dan tak sembarang orang memasuki ruang ICU, berakhir kedua remaja itu hanya bisa melihat sohib nya dari luar yang di batasi kaca.

Roni menghapus air mata yang meluncur dengan sweeter cokelat miliknya, "Yud, temen gue hiks.. pasti Abi kesakitan kan itu"

Yuda meraih bahu teman nya itu, ia pun sama sedihnya melihat teman mereka tengah berjuang di dalam sana.

"Kita doain biar Abi bangun dan sehat lagi, gue gak tega sumpah" katanya, membuang mata nya kesembarang arah.

Kedua nya menempelkan telapak tangan pada kaca pembatas ruangan, seolah memberi kekuatan tak langsung untuk seseorang terkasihnya di dalam sana.

Sementara Reno yang kebetulan berada di belakang mereka merasa terharu akan persahabatan anaknya. Ia melangkahkan kakinya kearah dua pemuda disana, "kalian udah lama?" Tanya nya

Otomatis dua pemuda itu menolehkan kepalanya, "enggak om, mungkin 30 menit kita disini" jawab Yuda, kemudian mereka menyalimi tangan ayah sahabatnya itu.

Reno meneliti penampilan mereka berdua, kemudian menggeleng setelahnya, "kalian bolos?"

Roni menggaruk kepalanya kikuk, "anu om, duh apa ya" dan dengan reflek menyikut perut orang sebelahnya,

"anjing sakit bege, ups.. sorry om kelepasan" pekik Yuda,

Reno semakin dibuat geleng kepala dengan tingkah remaja di depan nya, pantas saja kelakuan Abi seperti itu. wong temannya saja begini, "udah kalian gak usah ngeles, ini masih jam 10 gak mungkin untuk pelajar berkeliaran"

"Lah, om kita izin kok" jawab Roni enteng

Yuda di sebelahnya cengo, izin kesiapa?

"Kita titip izin ke pak satpam, om"

Dan Reno langsung mengatupkan mulutnya, sementara Yuda dengan tidak manusiawi menggeplak kepala temannya.

...

Arga menghembuskan nafasnya, rasa takut dan gelisah selalu menghantuinya selama Abi dinyatakan kritis. Kini ia tengah berada di kelas, dengan dosen yang sedang menjelaskan mata kuliah hari ini. Namun, lagi lagi kepala nya di penuhi dengan sang adik. Hingga kelas berakhir, ia memutuskan untuk bergegas ke rumah sakit.

Melangkahkan kaki nya keluar kelas, kemudian mengetikkan pesan pada adik keduanya.

Restu tengah menunggu Arga di depan sekolah, tadi sang kakak berkirim pesan pada nya untuk menemui sang adik bungsu nya bersama.

Maka sembari menunggu sang kakak, restu menyibukkan diri dengan membuka galeri di ponsel nya. Disana di penuhi foto-foto lucu Abi yang membuatnya tersenyum geli.


Mobil Arga telah berada di depan restu, namun ia lihat sang adik tengah tersenyum sembari melihat ponsel.


Tinnn


Seketika ponsel dalam genggaman meluncur, menyebabkan gores memanjang di layar. Restu dengan dongkol mengambil ponsel nya yang terjatuh, membuka pintu mobil dan menutupnya keras.

"Sorry" ujarnya,
merasa bersalah pada adiknya,

"Gila lo bang, untung cuma hp gue yang meluncur, nah kalo jantung gue? lo mau tanggung jawab?"

"Iya sorry, abis lo senyum-senyum. Mana sendirian lagi" katanya, kemudian melajukan mobil pelan.

"Suka-suka gue lah"

"Emang apaan si yang lo liatin"

"Kepo"

Arga menggeleng, agaknya kedua adiknya sama saja. Sama-sama bikin naik darah. Ck

...

Setelah 30 menit mereka berdua akhirnya sampai di rumah sakit tempat Abi di rawat. Restu turun duluan, sementara Arga tengah memarkirkan mobilnya di basemen.

Setelahnya, Arga menyusul restu di kafetaria rumah sakit. Mereka memutuskan untuk mengisi perut terlebih dahulu sebelum menemui adiknya.

Sementara di ruang ICU, dokter juna baru saja keluar setelah melakukan pemeriksaan.

Seakan mengerti kecemasan sang sahabat sekaligus ayah dari pasien nya itu, Juna menghampiri Reno dengan senyum tipisnya, "keadaan nya cukup stabil, usahakan keluarga memberi stimulus positif untuk Abi. Dan kami akan mengusahakan donor untuknya"

Reno mengangguk, "terimakasih, Jun"

...

Di sebuah rumah sederhana, seorang wanita tengah terbaring lemah. Mulutnya terus berkata 'maaf' di tengah suhu tubuhnya yang menggigil.

Sedangkan seseorang lain, tengah memeras kain di wadah kecil untuk mengompres si wanita.

"Ibu makan ya, aku tadi beli bubur di depan gang. Katanya, bubur disana enak" ujarnya, sembari membantu sang ibu duduk di bantu dengan beberapa bantal.

"Ibu harus sehat kembali, lalu setelahnya kita pergi dari kota ini ya" katanya, sembari menyuap sang ibu telaten.

"Nak, bolehkan ibu menemuinya untuk kali terakhir?"

"Tentu, aku akan mengantar ibu. Untuk kali terakhir sebelum kita pindah dari kota ini kan, Bu?"

Senyum nya mengembang, kemudian mengangguk pelan, "untuk yang terakhir".








Keesokan harinya, sepasang ibu dan anak itu memutuskan untuk menemui seseorang untuk meminta maaf dan sekaligus berpamitan.
Pemuda itu mengendarai motornya pelan dengan sang ibunda dibelakangnya.

Iya, mereka berdua sepasang ibu dan anak yang tak lain adalah Toni dan Aruna.
Mereka berniat mengunjungi rumah Reno dengan maksud meminta maaf meski tau kesalahan yang ia perbuat sangatlah fatal. Namun, nahas belum jua sampai tujuan kemalangan lebih dulu berpihak pada mereka. Tepat sebelum belokan, sebuah truk bermuatan penuh menabrak keduanya. Aruna terpental dengan kepala terbentur keras, dan Toni terseret dengan motornya dan terkulai di seberang jalan memandang tubuh sang ibu yang di penuhi darah yang menggenang. Hingga sesak dan pening yang mulai menghantam, dan sebelum kesadaran di ambil alih ia meneteskan air mata.

"Setelah ini kita akan bahagia, kan, Bu?"


Rumah sakit hari itu nampak mencekam, dua brangkar saling bersautan.
Reno yang kebetulan melewati lorong UGD, matanya nampak membola terkejut. Hingga dengan reflek ia mengikuti kemana brangkar itu dibawa.

Hingga sampai UGD kedua nya langsung di tangani.

Reno mengajukan diri sebagai wali keduanya, karena pada saat itu mereka harus mendapatkan tindakan di meja operasi dengan luka-luka berat.
Hingga malam nya, ruang operasi terbuka, menampakan dua brangkar sepasang ibu dan anak.

Pernyataan dokter setelah keluar dari ruang operasi, agaknya membuat Reno frustasi, pasalnya, dokter memvonis Aruna, brain death.
Dan tidak ada cara lain selain, melepaskan atau menunggu keajaiban datang padanya.

Sementara, Toni sendiri setelah operasi pemasangan pen pada kaki dan tangan kanannya kini hanya tinggal menunggu nya siuman.

Reno meraup kasar wajahnya, ia tak menyangka semua terjadi pada kedua ibu dan anak itu. Bahkan salah satu penyidik polisi bilang, lokasi kecelakaan mereka tak jauh dari jalan menuju rumahnya.


"Sebenarnya kalian mau kemana, padahal ku kira kalian sudah tidak berada di kota ini"











Sumpah chap ini agak cringe.
sejujurnya sy lupa alur dan tokohnya.
/Plak

Ps: SKS (sistem kebut semalam)
Maka, tandai typo/ alur yg agak (ntahlah)
•́  ‿ ,•̀

Imy, 23 July 22

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 22, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HASBINAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang