Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Reno Nusa Sanjaya
"Bang, bunda udah gak ada" setelah menghapus air mata nya abi mendongak menatap mata abangnya.
Restu menggeleng, ia tak ingin percaya yang dikatakan abi. Bagaimana bisa bunda pergi saat mereka baru saja ingin merakit sebuah cerita baru.
Abi bahkan sudah menangis tersedu disana, anak itu adalah orang yang paling merasa kehilangan pastinya. Sejak kecil ia bersama sang bunda, tanpa tahu ayah atau saudara nya yang lain.
Lalu takdir memilih nya menikmati kehilangan sekali lagi, bahkan lebih parah. Kematian sang bunda.
Meskipun dulu saat pemakaman sang bunda, abi tak meneteskan air mata sedikitpun. Tapi percayalah, dia orang pertama yang terluka atas kematian sang bunda.
Saat itu selama seminggu, abi menjadi sosok pendiam. Paman dan bibi nya bahkan khawatir dengan nya.
Namun, demi kebahagiaan sang bunda abi tak ingin berlarut dalam kesedihan. Ia bangkit dari terpuruk nya. namun kehilangn bunda membuat abi kehilangan hidupnya, hingga ia berubah menjadi Abi yang nakal dan langganan guru BK.
Setelah kematian sang bunda, Abi tinggal dengan paman dan bibi nya hanya 2 bulan. Kemudian, ia memutuskan untuk mencari kost.
Kurang lebih setahun lebih abi ngekost, disana abi merasa tak sendiri. Tetangga kost yang lain, sudah abi anggap sebagai abangnya. Karena tiap pagi mereka selalu mengganggu tidur abi agar bergegas sekolah.
"Kapan dek?" Tanya restu dengan suara bergetar
"D-dua tahun lalu bang"
Restu tak menjawab lagi, ia malah merengkuh sang adik erat. Abi pun semakin terisak di buatnya, setelah bunda tiada tak ada lagi yang memberinya kekuatan.
"Maaf, maafin abang yang baru ketemu kamu sekarang, maafin abang gada saat kamu sendirian--maafin abang dek" racau restu.
"Abi gak sendiri bang, bunda selalu jaga abi dari jauh. Dan itu bener, buktinya kita di pertemukan" Abi melepaskan pelukan nya, kemudian tersenyum.
"Udah ya bang, mau ke kelas dulu"
Yang bilang nya mau ke kelas, tapi Abi malah melangkah ke rooftop. Dia butuh ketenangan.
Sementara restu, menghubungi ayahnya.
"Yah.."
"......"
"Bunda udah meninggal hiks.." runtuh sudah air mata restu
"......."
"Iya yah.." restu menghapus air mata nya kasar.
Restu melangkahkan kaki panjang nya kekelas sang adik. Tapi nihil yang di dapatnya. Kata dua teman adiknya, Abi dari tadi belum masuk kelas sama sekali setelah istirahat itu.
Restu kembali melangkahkan kakinya menuju rooftop, tadi kata yuda dan Roni, abi selalu disana saat butuh ketenangan. Dan benar saja, di sana abi sedang berbaring dengan tangan bersedekap dibangku yang di rapatkan.
Restu mendudukan dirinya di bangku kosong, abi yang yang menyadari ada oranglain lantas bangkit.
"Ngapain sih" tanya Abi
"Lah lo sendiri ngapain, tadi bilang mau ke kelas perasaan"
"Suka2 gue dong"
"Udah ah ayok, kita pulang. Udah bel tuh tadi" restu meraih tangan Abi, mengajak nya pulang bersama.
Mereka berdua sampai dirumah setelah Arga menjemput.
Abi sedang merebahkan tubuhnya di kasur, hingga lelap pun menjemput. Beberapa saat kemudian, reno datang dan ikut merebahkan dirinya di samping sang anak. Mengusap pelan rambut yang sudah lama tidak ia sentuh, ia peluk tubuh yang sekarang sudah besar itu.
Abi tahu, ia belum sepenuhnya terlelap tadi. Ia tahu ayahnya mengusap nya, bahkan memeluk dirinya. Tapi abi diam, dia tak tahu harus bersikap seperti apa.
Abi belum menerima sepenuhnya, sungguh.
#to be continued
Belum ada chapt manis ya? Sabar ya aku lagi berusaha, buat nyari feel yang pas antara Abi dan ayahnya.