Lucas mencabut rumput liar itu dengan kasar. Tidak peduli jika rumput Jepang yang memang sengaja di tanam di tengah halaman komplek kosan ikut tercabut. Ia mendengus kesal, tangannya terasa sakit.
Padahal Lucas sudah membuat cara agar Yuta kalah dalam adu bersuit dengan membohonginya jika ada laba-laba di pundak lelaki bertindik itu. Namun apalah daya, dia bukan pembohong yang pro.
"Bang, nggak mau duduk sini bantuin gue apa??" Lucas bertanya sewot kepada Diko.
Di kos-kosan Bu Ronan ada lima bangunan mengelilingi taman yang kini ia pijak dengan bentuk yang sama. (Cek mulmet di chapter pertama. Bangunannya kurang lebih seperti itu.)
Satu gedung kos-kosan berisi tujuh kamar. Lantai satu berisi dua kamar, lantai dua berisi tiga kamar, dan lantai tiga berisi dua kamar. Masing-masing lantai terdapat dua kamar mandi. Bisa dibayangkan kan, se-kaya apa Bu Ronan ini.
Sebut saja BuRonan A berisi;
Lantai 1: Diko dan Mark
Lantai 2: Jeno, Chenle, Renjun
Lantai 3: Jingga dan JanuarBuRonan B;
Lantai 1: Jungwoo dan Gina
Lantai 2: Jiya, Tyan, dan Jennie
Lantai 3: Iren dan OceBuRonan C;
Lantai 1: Lucas dan Echan
Lantai 2: Bella, Jeffrey, dan Yuqqi
Lantai 3: Joni dan YutaBuRonan D;
Lantai 1: Taelil dan Alysa
Lantai 2: Winanta, Sonar, dan Amanda
Lantai 3: Ela dan YofianoBuRonan E;
Lantai 1: Jeka, Migu, dan Yugi, Erland
Lantai 2: Deka, Daniel, dan Jimmy, Bambam"Tanggung jawab! Udah bagian lo!" Lucas mendengus saat mendengar suara Diko yang menyahut. Mulut lelaki itu juga sama pedasnya dengan Tyan.
"Iya-iya! Tapi 'kan kalo lo bantu gue, lo bakal dapet pahala juga. Nggak mungkin pahalanya gue ambil." Lucas mencabut rumput dengan tidak ikhlas.
"Heh! Gue lebih tua daripada lo! Bocah diem deh, omongan orang yang lebih tua itu selalu bener! Mau gue laporin Yuqqi kalo lo nggak ikhlas dan malah ikutan cabutin rumput yang hyalus itu??"
Lucas segera berdiri dan mengangkat ke-dua tangannya menghadap Diko. Jika Yuqqi tau, mampus dia. Dia nggak mau ngesot-ngesot di teras kamar kosan Yuqqi lagi gegara cewek itu pundung kepada dirinya.
"Jangan dong Bang! Nanti nggak ada yang telpon gue malem-malem. Lo tau 'kan, kalo gue orangnya suka gabut?" Lucas melirik Yuta meminta persetujuan. Namun bukannya menatap balik sang empu, Yuta malah berbalik dan masuk ke gedung C, menghiraukan pertanyaan Tyan.
"Lo gabut?"
Lucas mengangguk cepat. Namun jawaban yang Diko berikan membuatnya ingin mengesot ke tanah sekarang juga.
"Itungin telur ikan gue di aquarium tuh. Gue mau buatin calon nama kalo udah netes. 'Kan nggak epik, kalo gue cari nama enam tapi telurnya ada sepuluh. Nanti gue kasih nama apa kalo nggak dipikirin dari sekarang??"
Lucas menatap punggung Diko yang berbalik hendak masuk ke gedung kosan C. Lelaki itu mengulas senyum licik. Dia tau jika Diko phobia dengan cacing yang masih keloget-keloget.
Diambilnya sejumput tanah yang basah, ia memisahkan dengan cepat. Lalu tersenyum puas saat melihat cacing gelang yang begitu empuk di tangannya.
Lucas memanggil nama Diko dengan keras, Diko berbalik. Di saat itu pula Lucas melemparkan hewan melata di tangannya dengan kecepatan skala sedang.
Cacing itu jatuh tepat di punggung kaki Diko. Diko menatap ke bawah saat merasakan benda yang empuk basah dan sedikit bergerak. Ia terdian sejenak, beberapa detik kemudian barulah ia menjerit histeris.
![](https://img.wattpad.com/cover/253331709-288-k501916.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah BuRonan (Republish)
Fanfic⚠️Warning!⚠️ (Pertama kali buat story. Bahasa super duper berantakan. Ditambah lagi alur macem sinetron^^) Menceritakan seorang Tyan yang kesulitan mengatur adik tingkatnya untuk belajar disiplin di kos-an BuRonan. Sebagai pemuda berjiwa teguh memeg...