Bab 4

1.4K 228 12
                                    

Hari ini adalah hari Minggu bersih. Biasanya di sekolah-sekolah SMP musti Jumat bersih. Tapi Bu Ronan lebih suka dengan kata 'Minggu bersih'. Katanya sih biar yang punya pacar nggak bisa pacaran serta buat yang jomblo biar nggak males-malesan.

Semua warga kosan hanya bisa pasrah, merelakan hari libur mereka untuk bersih-bersih gedung kosan masing-masing. Hari Minggu bersih diadakan setiap satu bulan sekali, dimana setiap warga kosan harus bergotong royong dengan warga lain untuk membersihkan gedung kosan mereka masing-masing.

"Sendal gue kemana ya?" Iren tiba-tiba datang dari belakang tubuh Jungwoo yang sedang sibuk dengan kemoceng di depan mulut seolah-olah bernyanyi dengan iringan lagu milik Gina. Biasa, Gina kalo menyetel musik harus pake son, jadi gedung kosan sebelah ikut joget karena lagunya ituloh, burrrriiiiq banget. Tapi boong.

Jungwoo menghentikan nyanyiannya. Lelaki itu terlihat berpikir, "Sendal yang mana Mbak?"

Iren sibuk mencari di bawah rak sepatu pun menjawab, "Itu, yang ada gambarnya mirip sama Jeka."

Jungwoo kembali berpikir, "Kayak Bang Jeka? Apa ya?"

Iren tidak membalas. Karena itu adalah sendal jepit satu-satunya yang ia miliki.

Jungwoo menjentikkan jarinya girang.

"Yang gambarnya hewan kan??"

"Iya." Iren menyahut.

Jungwoo melompat senang saat tebakannya hampir benar.

"Buaya!!"

Iren menoleh kearah Jungwoo dan menatap lelaki itu heran, "Lo kenapa deh?"

Jungwoo tersenyum cengengesan, "Lo deskripsiinnya gampang banget Mbak. Emang betul-betul mirip Bang Jeka."

Iren hanya mendengus, "Jadi, lo tau di mana?"

Jungwoo terlihat berpikir kembali. Namun lelaki itu membalasnya dengan endikkan bahu. Iren menghela nafas. Ia hendak ke pasar untuk mengisi kulkas, sayangnya ia harus mengurungkan niatkan. Soalnya jika menggunakan sendal yang bagusan dikit mesti ke injak orang biar sepatunya setara sama sendal jepit di sana. Jadi sekalian pake sendal butut aja.

Iren menoleh ke arah orang yang baru saja masuk ke dalam rumah. Perempuan itu menghentikan Jeno langsung. Jeno yang dihentikan dengan pelototan Iren pun memilih mengalah berhenti padahal dirinya sedang buru-buru.

"E-eEeeet!"

Jeno menatap Iren tersenyum polos. "Gue nggak gangguin bebek lo kok Mbak."

Iren menghela nafas. "Apa kalo gue ketemu orang cuma mau nanyain bebek gue aja??"

Jeno meringis. "Ya nggak sih Mbak. Ada apa nih?"

Iren menghela nafas kasar. Emosinya tiba-tiba naik tanpa sebab.

"Lo tau sandal jepit gue nggak!"

"Yaelah, lo nanya tapi kayak mau malak orang," Gina menyahut di belakangnya. Iren memelototi perempuan itu.

"Yang kayak gimana Mbak. Gue nggak tau bentukan sendalnya Mbak Iren soalnya."

Iren mencoba kalem. "Itu ada gambar buaya-nya."

Jeno terlihat mengangguk paham. "Oh itu, gue kemarin sore liat sandal itu di depan gedung kosan A. Terus besok paginya gue liat Januar yang pakek. Katanya sih pagi itu dia mau mainin layangan di sawah punya Pak Malik."

Iren memelotot kaget. "Apaaa??! Sawah???!"

Jeno mengangguk kalem. "Iya. Sawah. Yang ada lumpurnya itu loh Mbak. Nah, biasanya orang-orang kalo mainin layangan disitu, kan ada jalan setapak kecil ditanah. Orang-orang berdirinya ya disitu. Tapi gue kemarin liat Bang Mark, Januar, sama Chenle pulang jadi burik and bau," Jeno kembali melanjutkan langkahnya.

Rumah BuRonan (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang