Bab 18

927 221 18
                                    

"Ganti." Yuta menyodorkan jerseynya.

Oce menatap benda itu dan sang pemilik secara bergantian dengan tatapan aneh. Tak urung tetap menerimanya dan mengganti pakaiannya yang basah karena hujan.

"Baju gue yang paling kecil cuma itu." Yuta berakhir dengan membalikkan badan dan keluar dari kamarnya. Memberi waktu Oce untuk segera mandi dan mengganti bajunya.

Oce mengangguk cepat kemudian segera masuk kamar mandi di kamarnya Yuta. Sebelum benar-benar berbalik, Oce menatap Yuta sebentar yang kini mengambil beberapa bantal serta selimut dari dalam lemari.

"Em..maaf ya Bang. Bikin lo tidur di ruang tamu..." Oce berkata penuh penyesalan.

Yuta mengangguk saja. Ia balas melirik sekilas perempuan itu. Kemudian benar-benar keluar dari kamarnya sendiri. Berjalan menuju lantai satu dimana ruang tamu berada.

Yuta memilih merelakan kamarnya untuk Oce, sedangkan dirinya sendiri tidur di sofa ruang tamu. Ingin membangunkan Yuqqi ataupun Bella, yang sama-sama perempuan, harapan itu berada paling belakang karena kedua cewek itu pasti sudah tidur, ditambah lagi selalu mengunci kamar mereka.

Oce melihat jersey Yuta yang kini ia pakai. Walaupun lelaki itu bilang jika ini baju yang paling kecil ia miliki, nyatanya masih begitu besar saat Oce pakai. Untung lengannya sampai mencapai siku, kan biasanya adanya yang tanpa lengan. Oce bergumam kagum saat melihat baju itu dipakai di tubuhnya. Sepertinya itu jersey Yuta saat masih SMA.

Oce menatap pantulan dirinya sendiri di kaca full body. Gadis itu mengambil beberapa gambar dalam posisi tubuhnya memakai jersey lelaki, lupa diri dia tuh. Kalo itu jerseynya Yuta. Trus pagi-pagi di kirim ke Jiya sama Jennie. Biar iri lah. Kan mereka berdua juga pengen pakai jersey kek gini. Makanya Oce mau pamer.

Perempuan itu seolah-olah telah melupakan kejadian lima belas menit yang lalu. Sedikit tersingkir dari pikirannya bukan berarti merasa tidak pernah mengalami sama sekali. Oce masih mengingatnya. Bagaimanapun itu terjadi baru saja.

Ia menghela nafas. Tak urung hatinya sedikit sesak mengingat sikap Tyan tadi. Oce tau jika Tyan geram dengan sikapnya. Namun bukan berarti harus mengusirnya dari kosan B dong! Untung ada Yuta yang menampung dirinya untuk tidur dimana. Ingatkan Oce untuk membalas budi.

Oce membaringkan tubuhnya di ranjang satu-satunya di dalam kamar tersebut. Seketika parfum khas milik Yuta menyapa hidungnya. Ia menghela nafas keras.

Flashback

"Nggak usah. Gue nerobos aja." Oce menolak saat Yuta ingin mengantarkannya sampai ke gedung B. Bagaimana lagi, malam ini hujan turun dengan begitu deras.

"Serah." Yuta jengah. Perempuan di depannya itu begitu keras kepala.

Oce mengangguk saja. Ia nampak memasukkan seluruh barangnya ke dalam tas. Kemudian turun dari mobil setelah pamit kepada Yuta. Lelaki itu mengangguk tidak ingin tau. Mau membujuk kembali, perkataannya hanya dianggap angin lalu oleh Oce.

"Gue pergi dulu Bang. Makasih buat hari ini karena udah nemenin gue. Janji deh kalo pulang ngampus, gue traktir." Setelahnya, Oce benar-benar pergi dari hadapannya.

Oce berlari cepat menerobos hujan menuju kosannya. Untung saja Yuta tadi sempat cerita ke Bu Ronan hal apa yang menyebabkan mereka pulang begitu larut.

Jam kini menunjukkan pukul satu malam. Oce sempat menunggu operasi Ale karena kaki serta punggungnya tertancap serpihan kaca. Ternyata setelah dirinya meninggalkan kamar Ale, kakaknya itu masih saja ngamuk dengan membanting seluruh barang.

Rumah BuRonan (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang