"Tarik yang lebih kuat oy!!" Echan memberi aba-aba ke orang yang ada di bawah pohon. Lelaki itu penuh dengan keringat. Bukan karena lelah ataupun sebagainya. Namun karena melihat seberapa banyaknya ulat di pohon rambutan yang ia panjat.
"Ya ini udah kita tarik! Tapi buahnya aja yang nggak mau nyantol!"
Echan mendecak kesal. Kalo bisa ngeraih segepok rambutan itu yang sayangnya tepat di ranting, sudah dipastikan bakal Echan tarik sampe putus dari rantingnya tanpa hati nurani. Tentu saja sebelumnya akan ia umpati dulu.
"Ish! Ini si monyet kemana sih?!" Echan mengeluh karena geli melihat banyaknya ulat yang jalan di ranting maupun dahan-dahan pohon. Untung saja ia pakai sweater tebal serta helm walaupun nampak aneh. Bahkan ia mengalah harus memakai sepatu demi kakak-kakaknya tercinta yang sedang berburu rambutan namun tidak ada yang memanjatkan.
"Janu lagi petik durian di kebun belakang! Nggak mungkin dia ada disini! Udah cepet! Lo lebih naik deh! Nanti bakal bisa keraih!" Jennie ikutan kesal.
"Heh Mbak-Mbak corong! Kalo Echan nambah naik, Echan bakal jatuh! Emang Mbak yang jadi boss bitch ini mau nangkep Echan??!" Echan menoleh ke bawah. Namun segera mendongak lantaran helmnya hampir copot dari kepalanya.
Jennie melotot. "Apa lo kata??! Lo bilang apa tadi??!"
"Ya kan emang bener. Trus yang lo nyanyiin di lagu itu liriknya apa?" Echan menggumam.
"Udahlah jangan ribut! Echan, buruan diselesain sebelum ulernya pada nempel di baju lo!" Oce tiba-tiba datang dari belakang mereka.
Echan menghela nafas kasar. Menatap sebongkah rambutan berukuran besar dengan mengumpatinya dalam hati.
"Dasar rambutan nggak tau diri!"
Rambutan = yang nggak tau diri siapa bogeng...
"Iya-iya!" Echan menjawab kesal. Memanjat lebih jauh, berpegangan pada batang pohon seadanya. Itupun nggak lebih besar dari tulang tangannya.
"Echaaaaannn... Selamat berjuang..." Datanglah Janu dari gerbang kosan membawa beberapa buah durian. Disusul dengan abang-abang yang lain.
"Echan?? Lho jadi Power Batman Super Dede??! Wakakakakakak!!!!" Migu dengan tawa garingnya adalah sesuatu yang minta untuk ditampol.
Echan mengacungkan jari tengahnya kearah abangnya itu. Untung saja nggak ada Sonar, dipastikan cewek itu langsung narik jarinya hingga rasanya kayak mau putus jika Sonar melihatnya.
Is the headshot~
Na na na na na na~Jeka menghentikan jalannya yang hendak memasuki gedung E. Berhenti karena atensi orang-orang di bawah pohon kelengkeng berumur lebih dari 15 tahun yang tengah menyantap makanan bersama. Sayangnya pohon tersebut sudah tidak bisa berbuah, hanya menghasilkan udara yang begitu sejuk sehingga meninggalkan kesan nyaman saat duduk di bawah sana.
Jeka melangkah kearah pohon tersebut dengan menggelengkan kepala tidak percaya. Mereka santai-santai bersama dan tidak mengundang dirinya?? Tidak bisa dibiarkan!
"Lu pada kenapa nggak ajak gua dah??" Jeka duduk disamping Yugi.
"Mau ikut? Harus ada sesuatu yang dikorbanin dari lo." Yugi menjawab sohibnya itu.
Jeka nampak berpikir. Kemudian mengulas senyum begitu lebar.
"Kan udah, nih." Katanya sembari menyugar rambut.
"Apanya?" Jeffrey bertanya kearah lelaki itu karena tidak ada perubahan sama sekali.
"Ya ini. Kegantengan gue kan bikin kenyang Mbak-Mbak sekalian. Ye kan?" Jeka menaikkan alisnya aneh di depan para perempuan penghuni kosannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah BuRonan (Republish)
Fanfic⚠️Warning!⚠️ (Pertama kali buat story. Bahasa super duper berantakan. Ditambah lagi alur macem sinetron^^) Menceritakan seorang Tyan yang kesulitan mengatur adik tingkatnya untuk belajar disiplin di kos-an BuRonan. Sebagai pemuda berjiwa teguh memeg...