"Kamu sering makan ini?" Ferdy bertanya tidak percaya.
"Coba aja Pah. Enak banget lho. Itu yang buat Bang Tyan." Oce menyodorkan lauk sambel terong di sampingnya.
"Papa nggak suka makan yang lembek-lembek." Ferdy mengambil minumannya untuk meredakan rasa tidak nyaman.
"Ih ... Papa sombong! Coba aja, awas kalo nanti sampe ketagihan!" Oce mengambil tiga sendok lauk dari piring, memindahkannya di piring Papanya.
"Eunyak kok Omh. Bang Tyan tyuh atu-atunya wowok jang inteur masyak." Jungwoo menimpali dengan keadaan mulut masih mengunyah.
Iren menginjak kaki cowok itu dari bawah meja. Kemudian tersenyum lebar saat Ferdy melihatnya. Ya intinya harus jaga image sama Om Ferdy biar dijajanin.
"Oh Tyan? Orangnya yang mana?" Ferdy bertanya heran.
Oce melirik Papanya sekilas,"Yang tadi pagi benerin mobilnya Papa yang tiba-tiba mogok. Sama pas bantuin Papa buat tenda. Masak Papah lupa?"
"Ooh ... yang rambutnya kayak sirip ikan cupang itu?"
Oce membalikkan tubuh untuk tertawa terbahak-bahak. Dan kebetulan sekali Tyan barusaja masuk ke dapur melalui pintu belakang.
"Iya Om. Bang Tyan sering gonta-ganti warna rambut yang cetar warnanya." Jungwoo menimpali.
"Segini?" Oce bertanya kearah Tyan. Menunjukkan piring berisi nasi.
"Udah."
Ferdy menatap interaksi keduanya. Sampai dimana ia menyeletuk dan membuat Tyan sedikit tersedak. Sedangkan Oce berjalan kearah kulkas untuk mengambil apel hijau.
"Kalian udah kayak pasutri aja."
"Bbh–"
"Ya nggak papa sih. Saya kasih lampu ijo asalkan bisa ngerawat ayam jago saya di rumah."
"Om–"
"Soalnya jago saya sering saya tinggal ke luar kota." Ferdy memotong ucapan Tyan.
Ferdy menatap Tyan yang duduk diseberangnya, "Kamu bisa ngerawat ayam jago nggak?"
"Janu bisa kok Om. Tapi gantinya nggak usah jadi mantu Om, tapi dapet uang saku aja." tiba-tiba datanglah Janu dari ruang tamu. Berjalan kearah dapur dengan senyuman lebar.
"Saya nggak nanya!" Ferdy mendelik.
"Udah makan belom?"
"Hng ... belum Om. Untung pionnya nggak Janu makan sangking laparnya." Janu menampilkan wajah memelas. Tyan yang melihat kelakuan anak satu ini mendelik.
"Halah pret!" Jungwoo menampilkan raut wajah masam.
"Bang Wowo sok tau!"
"Emang tau! Ya kan Mbak Oce?" tanya Jungwoo ke Oce agar Janu semakin terpojok.
"Yang makan ketan di parkiran tadi siapa?" Oce bertanya dengan senyum menggoda. Menyerahkan apel hijau ditangannya kepada Tyan.
Janu mendengus. Untuk saat ini, memang tidak ada yang membelanya. Tapi esok harinya, lihat saja! Si Wowo bakal Janu bikin nangis!
"Bang, Janu liat lego di deket aquarium. Janu kira nggak digunain karena di taruh di deket rak sepatu. Yaudah, Janu ambil." Janu berkata dengan sikap pongah kearah Jungwoo.
"Lo apain?" Tyan bertanya. Menunggu reaksi Jungwoo yang kini sedang dalam keadaan afk.
"Nggak Janu apa-apain kok. Tapi waktu itu Janu main ke sawah buat main layangan, ya legonya masih Janu kantongin. Lele nggak sengaja dorong Janu karena sendalnya jatuh pas ambil ulat. Yaudah, Janu ambil lego itu dari saku, eh pas banget sama Lele yng jatuh. Jad–"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah BuRonan (Republish)
Hayran Kurgu⚠️Warning!⚠️ (Pertama kali buat story. Bahasa super duper berantakan. Ditambah lagi alur macem sinetron^^) Menceritakan seorang Tyan yang kesulitan mengatur adik tingkatnya untuk belajar disiplin di kos-an BuRonan. Sebagai pemuda berjiwa teguh memeg...