Bab 7

1.2K 212 29
                                    

"Ce, dicariin kating teknik tuh." Oce menoleh saat Geby memanggilnya. Cewek itu menampilkan raut wajah bertanya.

"Siapa?"

Geby mengendikkan bahunya. "Kagak tau namanya gue. Yang penting sih, tampangnya kayak premanable banget. Sono lo temuin. Gue dari tadi dipelototin anjir."

Oce bangkit dari duduknya. Wajar bagi orang yang telah mengenal Geby, cowok itu bermulut pedas dan tidak pernah di menyaring saat berbicara.

"Sadar diri dong! Mulut lo kayak bon cabe level tiga puluh! Muka juga udah kayak bom atum di gorong-gorong."

Oce berlalu dengan songong. Sepertinya kesongongannya si Markonah telah menempel dan merasuki tubuhnya. Cewek itu bergidik ngeri saat akhir-akhir ini ia memang menjadi orang yang agak songong.

Bicara pasal persongongan dan dengan kata dasar songong, orang songong kini telah berdiri di depannya. Yang semula di bicarakan sekarang sudah berdiri tepat di matanya.

"~Timur tenggara, bertemu master limbad, disulap cling! Botak mengkilap!~"

"Dih, Mark? Lo ngapain disini?"

"Loh? Lucas sama Janu juga ikut? Kenapa pada ikut?? Dikira gue melihara tuyul nanti! Pulang-pulang!" Oce berkata kaget saat ketiga titisan jamet itu muncul secara berurutan.

Mark memalingkan mukanya songong. Songong ditambah songong, perang ke sebelas akan terjadi nih, ditambah siluman uler keket macam Lucas dan Januar di sebelah mereka.

"Mbak Jennie yang dipatok ayam kate.
Bang Jeka yang takut sama ayam kate.
Mbak Oce hari ini cantek sekaleeeee."

Lucas memukul belakang kepala Januar.
"Pantun nggak nyambung goblok."

Kemudian Lucas mengulas senyum misterius.

"Katanya Mbak Oce bakal nraktir Bang Yuta kan? Kita sekalian parkun ya Mbak!"

Oce langsung mengerutkan alisnya. "Nggak bisa! Mana makan lo semua banyak pula! Gue hari ini cuma bawa uang cash seratus rebu doang! Kalo lo bertiga ikut, dipastikan gue di suruh cuci piring karena nggak bisa bayar semuanya!"

"Yah...Mbak kok gitu? Kita kan adik-adiknya Mbak yang paling ganteng dan kalem. Nggak berdosa pula." Januar menggumam.

"Mbak Oce nggak kasihan sama otak kita yang mengepul? Nih!" Lucas mendekatkan ubun-ubunnya kearah Oce seakan-akan ada asap yang keluar dari sana. Oce mendorong kepala Lucas dengan cepat.

"Pantesan dari tadi bau gosong." Januar menambahi.

"Nggak ya nggak! Gue beneran nggak bawa uang."

Mark mendengus kasar. "Nggak bawa uang tapi janjinya mau nraktir orang."

Oce menghela nafas. "Ya kan gue nraktir Bang Yuta doang. Sabun Luk, Jangkrik, sama Markonah kagak yaaaaaaa. Bay! Bang Yuta udah nunggu gue di kantin. Kasian kan, udah nunggu lima jam? Masa kalian nggak kasian sama abang lo sih?? Kepalanya ikutan kebakar loh, karena kelamaan nunggu."

Oce berlalu dari mereka bertiga. Mereka bertiga tetap membuntutinya. Maklum, tim hore paling dekat dengan Oce ketimbang warga kosan yang lain. Bukan berarti mereka juga nggak dekat dengan yang lain, namun Oce adalah kakak bagi mereka. Walaupun Mark keliatan sebal sama Oce, Mark tetaplah sayang sama kakaknya yang telah mengenalkan dirinya ke dunia per-ayaman dan dapat mengenal Si Burem.

"Oce!" Januar berteriak histeris. Mark menendang kakinya. Bagaimana tidak, Januar berakting layaknya seseorang mau ditinggal mati. Oce kan nggak mau pergi dulu sebelum punya suami. Tapi ya....kalo nyawa cewek itu masih terkumpul sih, soalnya Yuta kadang suka gigit orang.

Rumah BuRonan (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang