Bab 24

859 203 9
                                    

"Udah kan Bang? Ngapain lagi masih disini? Bukan mukhrim tauk!" Oce menarik lelaki itu untuk segera bangkit dan kembali ke kamarnya.

Meresahkan ya bund, kalo idupnya tepat disamping kamar.

"Habis sholat tahajud nggak boleh marah-marah tauk!" Tyan berujar dengan bibir dimajukan. Sengaja, ingin membuat Oce kesal.

"Dih darimana tuh? Itumah alesan bibir lo doang. Udah ah sana! Nanti si–"

"Nggak mau sun dulu? Nih," Tyan memiringkan wajahnya. Menyodornya pipinya kearah perempuan itu.

"Iiiiih! Bukan mukhrim tauuk! Sana!" Oce memanyunkan bibirnya.

Tyan terkekeh pelan, "Yaudah. Kalo nggak mau hari Jumat gue mogok."

Cepat-cepat lelaki itu memutar langkahnya. Pasti Oce akan berteriak setelah ini. Mengeluarkan lahar cabe. Kan, dalam tubuh Oce tuh mengalir cairan cabe super pedas disetiap golongan darahnya.

"OH! KALO GITU LAGI KAYAK MINGGU KEMARIN KURA-KURA LO GUE SANDRA YA!! MAU GUE GORENG!!" Oce berteriak sebal.

Tyan terbahak-bahak saat melompati pagar. Melambaikan tangannya sebelum masuk ke kamarnya. Agaknya hari ini ia overdosis kuaci, makanya malam ini mulutnya asiiiiiiin gurrrrrrriih liciiin macem pantat panci yang diobral ibu-ibu karena saking mahal karena kemulusannya. Nggak kayak biasanya yang pedes, asin, pait diembat sendiri.

Oce menghembuskan nafas lega. Entah kenapa hatinya serasa disiram oleh air dingin, leganya tak terkira setelah mendengar penjelasan dari Tyan tadi.

Cepat-cepat ia membuka mukena serta merapikan sajadah. Bersiap-siap tidur setelah mematikan televisi.

Baru saja memejamkan matanya sedetik, suara dering ponsel miliknya membuat Oce terbangun. Seketika itu pula senyumnya merekah lebar.

"Halo?"

"Lo tau? Si Arma baru aja putus sama si Mara."

Oce mengerutkan alisnya, "Apaansih ...?"

"Katanya suruh tidur. Kok malah nelpon?" Oce membalikkan tubuhnya sehingga menjadi tengkurap.

Terdengar suara kekehan Tyan di seberang, "Ya kan gue bilangnya sebelum lo nyanyiin sesuatu buat gue."

"Emang pengen apa? Gue udah ngantuk," Oce kembali telentang. Panas dingin dia tuh.

"Apa aja. Yang penting lo yang nyanyi. Jangan lipsink."

"Suara gue merdu ya. Sampai-sampai rasanya kayak mau bawa lo ke ramahtullah," Oce terkekeh.

"Emang bener sih. Udah cepetan!"

Ini kenapa Tyan yang jadi maksa-maksa gini sih?

"Kenapa gue jadi insecure ya?" Oce bertanya tiba-tiba.

Tak!

Oce menolehkan kepalanya ke pintu kamar. Ia bangkit saat mendengar suara barang jatuh dari luar kamar. Namun sedikit heran karena diluar kamar tuh cuma lorong aja. Nggak dikasih barang-barang atau apapun itu.

Rumah BuRonan (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang