Dua hari berlalu sangat cepat bagi Oce. Di rumah aja sambil puasa, nunggu buka rasanya kayak jalan ke langit ke tujuh. Alias diem aja di rumah bikin waktu berjalan super lambat.
Entah kenapa hanya untuk dua hari kemarin, Oce merasa hari berlalu terlalu cepat dicampur bumbu-bumbu penyiksaan karena trio kampret selalu mengikutinya kemana-mana.
Untung saja ke wc tidak. Jika iya, Oce sudah menggiling mereka menggunakan mobil Joni yang besar bannya hampir sama dengan ban truk.
"Sini lo!!"
"Puasa Mbak," Janu tersenyum super lebar.
"Dosa gue lo tanggung kalo puasa gue batal!" Oce mencebik kearah lelaki itu.
"Harusnya lo tuh–" ucapan Oce terpotong.
"Oce."
"Hng?" Oce mencari kearah sumber suara.
Oce mengulas senyum lebar. Tangannya terangkat guna melambai kearah perempuan itu.
"Mbak Gina? Ada apa?"
Gina melirik jam tangannya. Kemudian menatap Oce kembali dengan raut wajah datar. Namun setelahnya tersenyum lebar.
"Mau buka bareng di cafe?"
Oce nampak ragu. Ia ingin menerima tawaran Gina, akan tetapi langsung teringat dengan ucapan Tyan dan Jennie.
"Mau ya?" Gina mendesak.
Oce hendak mengangkat kakinya, bangkit dari posisi duduk di lantai teras. Namun ia kembali duduk karena Janu menahan lengannya.
"Nggak usah Mbak. Mbak Sonar ada di rumah, kita bisa buka bareng kok," Janu memberikan tatapan memohon kepada Oce.
Oce menatap Janu, kemudian beralih menatap Gina, "Iya Mbak. Kita buka sama Mbak Sonar aja. Kan lebih hemat."
"Lo nggak mau?"
Oce seketika kaku. Ia tersenyum canggung, "Kayaknya bener omongan Janu. Lebih baik ngehemat aja, bentar lagi juga idul fitri. Jadi harus bawa pesangon buat adik-adik di komplek."
Gina melirik Oce sedikit sinis, "Intinya lo nggak mau kan?"
Oce sedikit menunduk. Berpikir kembali. Ah, mungkin dia nggak papa kalo nerima tawaran Gina. Tapi ucapan Jennie dan Tyan masih tergiang-giang di otaknya. Ingin menolak Gina pun rasanya tak enak hati.
"Y-yau—"
"Nggak boleh!!" Janu langsung berdiri di depan Oce. Menutupi Oce dari Gina.
"Kalo Mbak Gina nggak mau buka bareng kita bareng Mbak Sonar, Mbak Gina ke cafe aja sendiri!" Janu menjawab keras. Matanya mengerut tajam.
Gina berdecak melihat Janu, "Lo kenapasih?? Lo kira dengan gue suka sama Tyan, gue bakal apa-apain Oce gitu??"
"Pokoknya nggak boleh!" Janu tetap kekeh.
"Kalo Mbak Oce ikut, Janu juga harus ikut!" Janu menatap Gina serius.
"Janu ... dengerin Mbak Gina dulu," Oce memegang bahu Janu yang ada di depannya.
"Nggak boleh!"
Oce menepuk bahunya keras. Pandangan matanya menatap Janu dengan pandangan mematikan.
"Puasa!" ingatnya.
"Oh iya. Astagfirullah ... Janu nggak jadi marah ..." Janu seketika menengadahkan tangannya keatas.
Gina mengerling geli melihat tingkah Janu. Ia tersenyum lebar, menarik pergelangan tangan Oce dan Janu.
"Gue aja kalian berdua deh," Gina tersenyum lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah BuRonan (Republish)
Fanfiction⚠️Warning!⚠️ (Pertama kali buat story. Bahasa super duper berantakan. Ditambah lagi alur macem sinetron^^) Menceritakan seorang Tyan yang kesulitan mengatur adik tingkatnya untuk belajar disiplin di kos-an BuRonan. Sebagai pemuda berjiwa teguh memeg...