Bab 16

1K 215 13
                                    

Sonar menatap Oce dengan penuh heran. Pasalnya pagi-pagi sekali, perempuan itu sudah seperti maling saja di gedung kosannya. Ia menepuk bahu ringkih perempuan itu.

"Woy."

"Astaghfirullah.."

"Wadaw!" Sonar meringis saat dahinya terhantam oleh ponsel berwarna merah milik Oce.

"Sakit njir!"

"Ya maap. Lagian kenapa Mbak ngagetin gue?" Oce melengos menjauh dari Sonar menuju meja makan.

"Harusnya gue yang nanya bogeng..lo ngapain pagi-pagi kek gini ke kosan gua? Lo mau nyolong?" Sonar ikut duduk di depan Oce. Oce mengusak rambutnya frustasi.

"Aish! Kartu gue dibawa Lisa!" Oce memekik kesal.

Sonar membuka minuman jahe di kaleng dengan santai. Perempuan itu meminumnya tanpa menghiraukan jika Oce sedang galau.

"Kayak penting aja itu kartu." Sonar mengendikkan bahunya.

"Penting! Penting banget! Itu antara hidup dan mati!" Oce membalas dengan kesal.

"Lo bisa minta kalo dia udah bangun. Tau aja kalo dia tuh suka ngebo jam segini."

Wajar sih, jam baru menunjukkan pukul empat lebih dua puluh menit. Sonar bangun di jam segini karena kedinginan. Perempuan itu tidak tahan dingin sehingga terkadang membuatnya batuk. Makanya di dapur tersedia minuman jahe.

"Nggak bisa! Nggak bisa!"

"Ya kalo nggak bisa, kenapa pula engkou cari di dapur? Emang itu kartu mainnya bareng ama sendok dan piring?"

Sonar berdiri mengambil minuman jahe satu lagi. Pagi ini udara cukup dingin karena kemarin malam hujan deras dan baru berhenti pukul dua pagi. Ia menyerahkannya kepada Oce.

"Mana ngantuk lagi.." Keluhnya.

"Tidur lah. Sono balik, nanti kalo udah bangun janji deh gue bakal langsung suruh Lisa ke gedung B buat balikin kartu lo." Sonar itu pengertian, makanya banyak yang suka sama itu cewek. Kebanyakan dari mereka cowok semua. Tapi cewek yang suka padanya juga tak bisa dibilang sedikit.

Hehe

Oce berjalan lesu menuju pintu keluar kosan gedung D. Sonar mengikuti dari belakang. Sempat bingung sih dengan anak itu, Sonar tuh nggak pernah liat Oce luluh latah kek gini cuma karena benda mati. Ya paling-paling kalo sedih cuma gara-gara ayamnya.

"Emang yang lo maksud kartu apa sih?"

Oce tidak menjawab. Melainkan tetap berjalan lesu kearah kosannya. Kartu yang dibawa Lisa adalah kartu khusus untuk memasuki sebuah Rumah Sakit kejiwaan di daerah kotanya. Rumah sakit tersebut memang dijaga begitu ketat karena dulu pernah ada kejadian dimana salah satu pasien kabur dari kamarnya dan berhasil melukai beberapa perawat. Diduga ada orang luar yang masuk dan membuat kekacauan tersebut dengan mengaku jika dirinya dari pihak keluarga sang pasien. Sehingga setiap keluarga dari pasien setelah memasukkan pasien tersebut ke dalam rumah sakit, mereka langsung diberi sebuah kartu berwarna biru navy untuk akses masuk ke rumah sakit itu. Setelah diberlakukannya kesepakatan seperti ini, kejadian dulu tidak pernah terulang lagi karena pemilik rumah sakit langsung turun tangan membuat sistem keamanan meningkat drastis.

Kartu tersebut tak sengaja ditemukan Lisa di kamar mandi cafe. Saat itu Oce ingin ke kamar mandi dan secara bersamaan, Lisa juga merasa ingin menuntaskan hajatnya. Oce melupakan jika ia pernah membuka tas dan tak sengaja menaruh kartu tersebut di wastafel bersamaan dengan lipstiknya.

Ia keluar kamar mandi terlebih dahulu ketimbang Lisa karena masih ingin memesan minuman untuk perjalanan pulang ke kosan. Sehingga Lisa yang sudah selesai menemukan kartu tersebut dan lupa memberikan kepada Oce karena Oce ternyata sudah pergi dahulu dengan Bella. Sebelum itu Oce telah mengabari Lisa jika Bella ingin ditemani membeli charger cas yang sama dengannya karena lama pengisian baterai lebih cepat. Bella juga suka dengan warna charger tersebut dan perempuan itu berkata tidak tau dimana belinya. Sedangkan conter-conter yang lain hanya menjual charger dengan warna putih polos.

Rumah BuRonan (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang