Langkah lelaki itu berhenti saat perempuan yang ia cari sudah datang tepat di garasi komplek kosan. Tyan mengeraskan rahangnya saat melihat Oce turun dari mobil.
Ia mengambil langkah lebar menuju perempuan itu. Oce yang melihat kedatangan seseorang langsung mengalihkan pandangannya. Perempuan itu ikutan berlari kecil kearah Tyan.
Bugh.
Tyan langsung membuka mulutnya kecil saat Oce memeluknya erat. Ia yang semula hendak marah langsung luluh. Lelaki itu menatap surai hitam Oce yang kini tepat di bawah dagunya.
"Hiks..."
Oce menangis histeris. Tyan mengerutkan alisnya bingung akan sikap perempuan itu yang tiba-tiba. Tyan membalas pelukan perempuan itu walaupun sedikit ragu. Matanya beralih menatap tajam sosok orang dibalik tubuh Oce.
"Lo apain dia?" Tyan bertanya penuh sarkas.
Yuta tidak menjawab. Lelaki itu malahan berjalan kearah mereka berdua. Yuta balik menatap Tyan, namun kemudian beralih menatap Oce yang berada di dalam pelukan Tyan. Tangannya terjulur menyentuh surai Oce lalu mengelusnya pelan.
"Gue pergi dulu."
Yuta berbalik. Mengambil arah kebalikan dengan mereka berdua, kemudian masuk ke dalam kosan gedung C tanpa menoleh ke belakang.
Tyan menghela nafas pelan. Kini yang harus ia pedulikan adalah perempuan yang ada di pelukannya. Ia mengelus surai Oce lembut. Matanya sendu.
"Kenapa?"
Oce tidak menjawab. Melainkan semakin menangis keras, membuat Tyan yang mendengarnya semakin luluh dan merasa terenyuh.
Tidak ada niatan untuk bertanya lebih lanjut. Oce akan menjawabnya jika perempuan itu ingin menceritakannya. Tyan tidak ingin memaksa.
"Oce." Tyan berbisik pelan. Lelaki itu ikutan merasa jika ada yang sakit dengan dadanya mendengar suara tangisan Oce yang begitu menyayat.
Oce tidak menjawab. Perempuan itu hanya sibuk dengan tangisannya. Tyan merasa jika kehadiran Yuta semula juga ingin menenangkan perempuan itu. Rasa bersalah sedikit merelung di hatinya.
Tyan menghela nafas pelan. Lelaki itu memilih menggendong Oce ke dalam pelukannya. Oce langsung menenggelamkan kepalanya pada perpotongan leher lelaki itu, kemudian seperti semula, ia kembali menangis.
Tyan benci mendengar tangisan perempuan itu. Sebenarnya, dia tidak suka melihat jika Oce terlihat lemah. Makanya setiap hari dirinya selalu memperlihatkan sikap menyebalkan. Yang paling dirinya benci, dia paling dibuat kalut jika perempuan itu sedih.
Tyan mulai membalikkan tubuhnya. Tangannya masing-masing berada di bawah lutut Oce serta punggung atas perempuan itu. Dirinya dibuat menganga saat Lucas, Mark, Januar, Jennie dan yang lain sedang mengintip dari pintu utama gedung B.
"Ngapain lo semua??"
Mereka langsung kalang kabut. Bahkan Januar sempat menjulurkan kakinya ke depan karena kaget sehingga Lucas yang hendak berlari masuk ke dalam kosan langsung terjatuh. Jennie ikutan terpeleset karena Januar juga jatuh ke lantai.
"Ck! Ngapain sih lo di belakang gue??" Perempuan itu bertanya kesal.
Iren tertawa besar bersama Gina di dalam rumah melihat kejadian itu. Sedangkan Jiya bangkit membantu Jennie. Januar merengut melihat itu.
"Masak Mbak Jennie dibantu tapi Janu nggak Mbak??" Tanya-nya.
Lucas menendang kaki lelaki itu yang berada tepat diatas kakinya. "Minggir! Cepetan!"
Januar bangkit dari lesehannya di lantai. Oh, sangat merakyat sekali kawan. Bahkan Lucas sempat mengepel lantai dengan celana yang ia gunakan.
Mereka berdiri dengan sigap. Kemudian saling mengulas senyum cengengesan. Lucas menunjuk Oce yang kini terdiam dalam gendongan Tyan. Perempuan itu masih menyembunyikan wajahnya di dada lelaki yang menggendongnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah BuRonan (Republish)
Fiksi Penggemar⚠️Warning!⚠️ (Pertama kali buat story. Bahasa super duper berantakan. Ditambah lagi alur macem sinetron^^) Menceritakan seorang Tyan yang kesulitan mengatur adik tingkatnya untuk belajar disiplin di kos-an BuRonan. Sebagai pemuda berjiwa teguh memeg...