Bab 32

770 180 29
                                    


•~•'•~•

"Lo gobl*k?"

Tyan mengerutkan alisnya kesal mendengar ucapan Yuta. Sudah satu jam Yuta di sini, dan lelaki itu enggan mengucapkan apa-apa selain mengotak-atik chip di tangannya. Sedangkan jam sudah menunjukkan pukul 11.30 pm.

Ke-dua polisi tadi sudah siap dengan perlengkapannya untuk perjalanan pulang, sama seperti mereka berdua. Tinggal menunggu hasil yang akan Yuta sampaikan.

Ardan menghela nafas, "Sudah saya sarankan memanggil tim saya saja."

Yuta menatap polisi itu sinis. Tidak ada takut-takutnya.

"Menurut lo—"

"Lo goblok banget tau nggak?" Yuta memotong ucapan Tyan.

Tyan yang mendengar itu semakin mengerut kesal. Menendang kecil kaki Yuta yang terselonjor di depannya.

"Dari awal Gina pelakunya."

"Dia sengaja buat semua mudah walaupun dibuat rumit dikit."

"Itu artinya, dia sengaja nunjukin kalo dia itu pelakunya."

"Otak lo bener-bener nggak bekerja." Yuta memukul belakang kepalanya dengan keras, hingga Tyan harus menundukkan kepala untuk lepas dari tangan lelaki itu.

"ini*asin nggak??" Tyan menepis tangan Yuta dari kepalanya.

"Jadi, Gina yang–"

"Kepala lo mau gue tampol lagi?" Yuta mengangkat tangannya dengan wajah kesal.

Tyan bungkam. Hanya terdiam, melihat gambar yang diperlihatkan oleh Yuta. Benar, Oce sedang bersama Gina. Dan foto itu di ambil saat mau senja.

"Iya Bang. Gue liat terakhir kali sama Mbak Gina." Janu tiba-tiba datang.

Tyan melemparkan tatapan sinis ke arah lelaki itu, "Kenapa lo nggak bilang sedari awal??"

Janu menggaruk tengkuknya canggung.

"Ya emang gue liat terakhir kali Mbak Oce sama Mbak Gina ... lagian, nggak ada yang nanya."

"Perlu gue tanya sampe mulut gue berbusa??"

"Nggak! Iya tau kok gue salah!"

"Tau juga lo!" hardiknya.

"Jadi, lo mau apa sekarang?" Yuta bertanya.

Tyan segera bangkit dan cepat-cepat memasukkan barang-barangnya yang tersisa. Setelah itu baru menatap Yuta.

"Pulang. Langsung ke Gina." Tyan menggendong tasnya.

Yuta ikutan bangkit. Menatap dua polisi yang langsung menyidik gambar di ponselnya. Mengirim ke kantor agar ditindak lebih lanjut.

"Saya akan ikut dengan–"

"Nggak. Biar kita berdua yang urusin. Kalian langsung ke kantor aja, nanti pelakunya saya bawa ke sana." Yuta memotong.

Ardan menghela nafas, ia memilih mengangguk. Hanya pemuda di depannya yang sedari tadi berani menyolot.

Zoe menepuk bahunya, memberi sinyal agar membawa ponsel Yuta ke kantor. Dan cepat-cepat meninggalkan desa ini walaupun waktu sudah menunjukkan tengah malam.

"Ngomong-ngomong, kamu dapat gambar ini dari mana? Semua cctv di daerah cafe tidak ada yang nyala." Ardan bertanya.

Yuta menoleh, "Mereka bohong. Tinggal kalian ancam pakai pistol yang kalian bawa, atau kalian sogok pakai uang."

Rumah BuRonan (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang