"Ini??" Jiya meraih gitar Oce yang ada ukiran tubuh naga di salah satu sisi badan gitar.
Gina tertawa besar. "Itu cewek genjrengnya pake pisau! Makanya bisa putus semua senarnya!! Hihihihi!"
Iren menggeleng. "Kenapa bisa gini coba? Pasti dipatuk sama Si Rupiah."
Jennie ikutan menggeleng. "Nggak ah. Pasti disosor angsa-nya Mas Chandra."
Gina meraih gitar Oce yang dibawa Jiya. Cewek itu ikut-ikutan menggelengkan kepalanya. "Ah nggak lah. Pasti digigit buaya darat."
Jiya menghembuskan nafasnya pelan saat melihat mereka mengeluarkan argumen tidak jelas dan tidak patut ditiru oleh anak dibawah umur tiga belas tahun. Cewek itu meraih gitar ditangan Gina dengan kasar.
"Lo lo lo pada! Kenapa otaknya pada kopong kayak tahu bulat yang udah dingin sih?? Jadi,....mau ganti ini nggak?? Dan buat si anak ayam itu nggak lesu letoy kayak gituuuuu."
Gina mendekat kearah Jennie. "Letoy? Dikira tempe kali ya."
"Woy!"
Semua orang yang berada di belakang mobil Oce terlonjak kaget. Gina mendekat kearah cowok yang baru saja mengagetkan mereka dan mencubit lengan cowok itu keras.
"Heh! Suara lo tuh cempreng! Kalo lo tambahin kayak di toa mesjid sono...dipastikan bebeknya Mbak Iren pada bergerilya tuh.." Gina menunjuk kearah mushola komplek.
Jimmy mengusap lengannya. Lelaki itu menatap pacar ke dua belasnya dengan pandangan kesakitan.
"Sakit Beb. Kok gitu sih sama aku??"
Jiya memalingkan wajahnya dengan wajah masam. "Pergi lo sana kalo mau pacaran! Jangan buat bumi kita ini kayak di neraka!"
Iren merenggut. "Iri bilang Nyonyah. Itu si Harshan makanya buru-buru di terima biar bisa mojok."
"Heh, anak muda! Gegayaan pacaran sekarang suka mojok ya...! Nggak inget dulu kalo mojok paling-paling di bawah pohon toge dan diketawain Mbak Kunti." Jennie menyiyir.
"Bibir lo udah kayak bebek gue aja." Iren menimpali. Jennie menatap tajam balik cewek itu.
"Heh, Jimen! Ngapain lo kesini? Cari jimpitan?? Sono di kuburan.." Jiya menunjuk Jimmy dengan sensi. Maklum, hamsternya dibuat stress oleh Jimmy karena dipaksa berlari terus di putaran khusus untuk hamster.
Jimmy menampilkan wajah sengit. "Apa kabar hamster lo Mbak? Masih idup?? Nggak sekalian mati aja ya?? Apa mau gue bantu?? Di jamin langsung ke akhirat tanpa transit kemana-mana!"
"Aduhhh sakit Yang..." Jimmy meringis saat Gina mencubit perutnya.
"Perut kotak-kotak aku nanti kalo jadi bone pack gimana??" Jimmy merengek saat Gina tidak berhenti mencubit perutnya. Halah, padahal alasan di balik itu, Si Gina masih pengen menjamah roti sobek milik cowok itu.
Jimmy menghentikan ringisannya dan langsung antusias saat melihat gitar yang nampak familiar di matanya. Lelaki itu mendekati Jiya guna menyentuh gitar milik Oce.
"Ini tanda tangan bisa di copy ke baju gue kagak ya??" Jimmy bergumam saat melihat tanda tangan artis terkenal di samping ukiran tubuh naga di badan gitar milik Oce. Padahal, Oce menunggu di fansign selama tujuh hari tujuh malam! Tak lupa mandi kembang!
Jennie menepuk kepala cowok itu. "Lu kata stempel cap kaki tiga??"
Jimmy mendengus. "Semua orang pada sensi sama gue... Nggak di E, di C, di B. Kanan kiri penuh sama orang mulut level sambal pedas, rasanya hot!"
Cowok itu bergumam di akhir kalimat layaknya chef yang sedang menawarkan produk saos sambal.
"Gue pergi aja deh..ketimbang badan gue gosong gegara cuitan para cewek kurang belaian..." Jimmy segera berlalu dari sana tanpa mengucapkan kata sedikitpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah BuRonan (Republish)
Fanfiction⚠️Warning!⚠️ (Pertama kali buat story. Bahasa super duper berantakan. Ditambah lagi alur macem sinetron^^) Menceritakan seorang Tyan yang kesulitan mengatur adik tingkatnya untuk belajar disiplin di kos-an BuRonan. Sebagai pemuda berjiwa teguh memeg...