Bab 29

741 176 16
                                    

•~•'•~•

"Nggak lah Mbak! Malah dua orang ini yang nyomot!" Echan menunjuk Janu dan Lucas dengan ekspresi marah.

Oce mengernyit menatap keduanya, "Kalian puasa??"

Janu dengan cepat mendekat ke arah Oce dan bergelanyut di lengannya.

"Ya puasa dong Mbak. Masa Janu yang sholeh ini rela bolong satu hari?" Janu beralasan. Wajahnya dibuat sesedih mungkin.

"Bohong!!"

Echan membantah cepat. Bisa-bisanya dia disalahin atas hilangnya kue kemarin. Padahal pelaku sebenarnya adalah Janu dan Lucas.

"Iya Mbak. Masa kita bohong sih??" Lucas melirik Echan sinis.

Echan memukul lengan keduanya dengan ekspresi gondok.

"Capek gue sama kelakuan lo berdua!!" hardik Echan.

Oce menghela nafas melihat ketiganya yang saling berkelahi. Bagaimana ia tidak pusing saat kita hendak bicara, mereka langsung memotongnya.

"Ud–"

"Mulut harus dijaga ya!!"

"Heh! Udah d–"

"Ya kan gue ngomong fakta!! Masak pada nyalahin gue sih??"

Oce menggeram. Mencubit lengan ketiganya secara bergantian. Walaupun tidak terlalu keras, itu sudah membuat ketiganya cukup sadar. Menyudahi perkelahian yang sangat berfaedah.

"Hari ini kalian puasa 'kan?? Ucapan harus dijaga. Nggak boleh marah-marah." Oce mencoba untuk berbicara kalem. Ya gimana nggak nahan coba, kalo yang ia hadapi tiga orang macam mereka ini.

"Nah! Dengerin tuh!" Echan kembali menghardik di antara keduanya.

"Jadi, bener kalian yang ngambil kue saya?" Oce bertanya dengan wajah mengancam.

Janu ingin berasalan lagi. Namun melihat wajah Oce yang seolah-olah mau menjatuhkannya dari jurang, Janu tidak bisa menghindar lagi. Apa lagi Lucas yang memang lemah iman. Digoda Janu sedikit saja langsung ikutan bejat.

"I-iya Mbak. Maaf." Janu mengusap tengkuknya. Bukan merasa bersalah, tapi takut dimarahi oleh perempuan di depannya.

Oce menghela nafas, "Nggak papa. Asal kalian bilang aja. Gue sampe pusing nyarinya lho."

"Maaf ya Mbak. Apa lagi kita makannya pas puasa," tambah Lucas dengan menundukkan kepalanya.

Janu yang mendengar itu menolehkan kepala ke arah Lucas dengan cepat. Matanya melotot mendengar apa yang baru saja Lucas ucapkan. Bisa-bisa Oce jadi marah kepadanya karena batalin puasa.

"Apa?!" Oce kembali menoleh dengan raut wajah tidak percaya.

Janu dengan segera menghampiri perempuan itu. Memegang lengan kurusnya sembari menampilkan wajah memelas. Tidak bisa dibiarkan! Oce tidak boleh marah kepadanya!

"Nggak sahur Mbak ..." Janu merengek pelan.

Oce menepis lengannya, "Lo udah baca niat puasa 'kan?? Walaupun lo nggak sahur tapi baca niat puasa, lo harus tanggung jawab! Lo makan sebelum buka tetep aja dapet dosa!"

"Aduuuh ... apa gue harus ngesot ya biar nggak dimarahin?" gumam Janu pelan.

"Ngesot aja! Ngesot aja sekalian bareng Pipot!" Echan yang berada tepat di sebelah Janu tentu saja mendengar. Sembari berujar, tangannya menunjuk Pipot yang berguling di rumput dengan Daniel yang memandikannya menggunakan selang.

Lucas yang melihat ketiganya sibuk mengoceh memilih pergi diam-diam. Ada kesempatan kenapa tidak dimanfaatkan?

"Apa lo?!" Janu menatap sinis temannya itu.

Rumah BuRonan (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang