Bab 6

1.4K 223 24
                                        

"Mbak Bel, katanya Bang Yuta, lo harus bagian ngetik naskahnya." Oce menghampiri Bella yang sedang mencuci motornya. Cewek itu mencintai Si Jenong dengan sepenuh hati seperti anak sendiri. Maklum, Bella adalah anak kampung yang ngrantau di kota orang.

Bella melempar lap-nya penuh emosi. Ia hampir menendang Si Jenong jika tidak ingat Si Jenong habis ia mandikan.

"Abis tuh preman kampus! Di kira naskahnya pendek apa??? "

Oce menatap Bella dengan pandangan heran. Perempuan itu tiba-tiba marah sendiri, bahkan hampir menggigit lap kotor yang digunakan sehabis mengelap Si Jenong.

"Kenapa Mbak?" Oce duduk lesehan di rumput samping di mana Bella sedang berdiri. Mulutnya sibuk memakan camilan.

Bella menatap Oce dengan amarah menggebu-gebu, "Lo tau?? Itu naskah panjangnya sama kayak kisah pedekatenya Si Tyan yang kalo di jilid bisa jadi lima buku Inseklopedia!"

Bella berteriak sebal. Sangat tidak menguntungkan baginya untuk satu kelompok dengan dua orang preman kampus macam Tyan dan Yuta.

    
"Derita lo." Oce mengendikkan bahunya santai.

Bella menatap adiknya itu sebal. Kemudian dia melempar lap kotor di tangannya kearah Oce dan tepat mengenai camilan cewek tersebut. Oce langsung berdiri dan menatap Bella penuh emosi.

"HEH, KLAKSON MOBIL, ITU MAKANAN GUE JADI KOTORKAN! GANTIIN!"

Bella membuat raut wajah menyebalkan. Ia kemudian memanaskan mesin motor Si Jenong. Tak mengindahkan Oce yang kini sibuk mendumal.

Di tengah kesibukannya merawat Malika seperti anak sendiri, Bella bertanya heran.

"Kenapa semua orang suka manggil gue klakson mobil ya?"

Oce mengendikkan bahunya pelan. Perempuan itu beranjak dan menduduki jok motor bagian belakang yang sedelnya masih basah. Bella memelototi Oce.

"Ya kan nama lo tuh. BEL BEL BEL! Hehe."

Oce tertawa canggung saat ditatap oleh Erland. Tangannya yang menekan  klakson di sepeda motor Bella langsung berhenti. Ia turun dari Jenong dan memilih merusuh ke gedung E. Gedung yang paling bobrok lain dari yang lain. Tentunya dengan mengajak tim hore.

"Sssssst. Janu! Mark! Lucas!" Oce memanggil mereka bertiga dengan berbisik. Ralat, semua orang yang ada disekitarnya mendengar panggilan itu.

Mereka bertiga yang dipanggil pun menoleh bersamaan. Januar tersenyum begitu lebar. Biasa, keturunannya si Jeka tuh banyak.

Lucas melambaikan tangannya dengan heboh macem di konsernya bities. Mark tersenyum kecut.

"Ada apa Eonnie???" Mark bertanya dengan nada songong.

Oce mendengus kesal.

"Heh, Mark-onah! Lo masih inget kejadian yang dulu??? Gue kan nggak sengaja."

Mark membuang wajahnya.

Virus ayam Oce telah menyebar kepada Mark. Mark dulunya mempunyai ayam warna hitam yang langka. Padahal itu hasil karya si Lucas yang memilox ayamnya. Canda.

Ayam Mark dikasih nama Burem. Karena warna tubuhnya gelap seperti masa depannya Lucas, jadi lah Mark mempunyai inisiatif sendiri untuk menamai anaknya Burem. Dan ayam itu mati karena kelindas ban motor Oce saat cewek itu memarkirkan motornya di garasi kosan.

"Ya itu kan salah lo, lagian si Burem nggak lo kandang." Oce duduk di samping Mark.

Mark menyingkir.

Januar duduk di samping Oce dengan senyum mupeng. Oce menatap lelaki itu aneh. Lucas sibuk memberi makan burung milik Winanta. Murai dan kicauannya setiap pagi tuh rasanya seperti siraman rohani.

Rumah BuRonan (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang